Upaya Italia untuk Menghentikan Misi Kemanusian Global Sumud Flotilla
Pengerahan armada militer Angkatan Laut (AL) Italia ke Laut Mediterania disebut tidak hanya bertujuan untuk melindungi misi kemanusian Global Sumud Flotilla, tetapi juga sebagai upaya untuk menghentikan perjalanan para relawan dan aktivis dari 45 negara yang ingin menembus blokade Gaza. Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh Steering Committee Global Sumud Flotilla, disebutkan bahwa tindakan ini justru dianggap sebagai bentuk sabotase terhadap misi kemanusian tersebut.
Menurut pernyataan itu, pihak Kementerian Luar Negeri Italia telah memberi tahu peserta pelayaran bahwa fregat AL yang mengawal armada mereka melakukan panggilan dan menawarkan kesempatan kepada peserta untuk meninggalkan kapal sebelum mencapai zona kritis. Hal ini dinilai sebagai upaya untuk melemahkan semangat para peserta dalam menjalankan misi kemanusian damai.
Sampai Rabu malam, sebanyak 45 kapal dari berbagai negara sudah memasuki zona kritis pertama atau yang disebut yellow zone dengan radius 300 nautical miles (Nm) dari Gaza. Armada kemanusian ini diperkirakan akan masuk ke wilayah zona kritis kedua, yaitu radius 100 Nm dari Gaza, pada hari Rabu atau Kamis. Zona-zona ini diyakini sebagai area rentan serangan dari pihak Zionis Israel terhadap misi kemanusian.
Global Sumud Flotilla menyatakan bahwa tindakan Italia bukanlah perlindungan, melainkan upaya untuk menggagalkan misi kemanusian yang dilakukan secara damai. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa Italia seolah-olah hadir sebagai pelindung, namun secara diam-diam memihak kepentingan Israel dengan melarang para relawan meneruskan pelayaran. Ini dianggap sebagai tindakan pengecut yang disampaikan dalam bentuk diplomasi.
Jika benar-benar ingin memberikan dukungan, maka Italia seharusnya memastikan perjalanan aman bagi seluruh relawan hingga sampai di Gaza. Selain itu, Italia bisa mengingatkan Israel untuk tunduk pada hukum internasional serta mengirimkan tim bantuan dan keselamatan bagi para peserta pelayaran. Jika tidak, maka tindakan Italia dianggap sebagai bagian dari upaya menggagalkan misi kemanusian tersebut.
Global Sumud Flotilla menegaskan bahwa armada mereka akan terus berlayar meskipun ada upaya-upaya yang ingin menghentikannya. Mereka menekankan bahwa tuntutan kemanusian untuk mematahkan blokade Gaza tidak bisa dihentikan oleh tindakan militer. Seluruh peserta pelayaran memahami risiko yang akan dihadapi, tetapi tetap bersikeras untuk membantu masyarakat Gaza yang menjadi korban kejahatan perang dan genosida.
Dalam pernyataan akhir, Global Sumud Flotilla menyarankan pemerintah Italia untuk menggunakan sumber daya militer atau peran diplomatiknya dalam menyelesaikan masalah kemanusian yang dilakukan Israel. Mereka menilai bahwa blokade Israel adalah tindakan ilegal dan tidak berprikemanusian, serta menuntut agar dunia tidak diam terhadap pembantaian dan ketidakadilan yang terjadi di Palestina.
Pelayaran Global Sumud Flotilla telah memasuki hari ke-15 setelah angkat jangkar serempak dari Tunisia pada 14 September lalu. Hingga saat ini, tercatat 45 kapal yang membawa ratusan relawan dan aktivis dari 45 negara. Beberapa partisipan seperti Muhammad Husein dari Indonesia, Wanda Hamidah, dan Muhammad Faturrahman harus sandar di pelabuhan Italia karena mengalami kerusakan kapal.
Selain itu, pelayaran ini juga diikuti oleh aktivis ternama seperti Greta Thunberg, Thiago Avila, Jasmine Acar, dan Mandla Mandela. Sebelumnya, armada kemanusian sempat diteror oleh drone asing yang melepaskan bahan peledak, sehingga memicu tindakan pemerintah Italia untuk mengerahkan armada AL-nya. Sementara itu, Spanyol dan Yunani juga memberikan pengawalan dan jaminan keamanan, sementara Turki dan Malaysia memberikan dukungan medis dan politik terhadap misi kemanusian ini.