Publica.id — Laporan tahunan The 2025 Crypto Crime Report yang diterbitkan oleh Chainalysis mengungkap peningkatan signifikan dalam aktivitas kriminal berbasis cryptocurrency sepanjang tahun 2024. Meski total dana yang masuk ke alamat crypto ilegal dilaporkan mencapai USD 40,9 miliar, angka ini diprediksi akan terus bertambah seiring dengan identifikasi lebih banyak alamat ilegal di masa mendatang.
Diversifikasi Kejahatan Crypto
Jika sebelumnya kejahatan crypto didominasi oleh serangan siber dan ransomware, kini modus operandi semakin beragam. Mata uang digital digunakan untuk berbagai aktivitas ilegal, mulai dari pencucian uang, pendanaan ekstremisme, hingga perdagangan manusia dan satwa liar. Bahkan, organisasi kejahatan terorganisir kini lebih banyak memanfaatkan layanan berbasis blockchain untuk menyamarkan aktivitas mereka.
“Ekosistem kejahatan on-chain telah mengalami profesionalisasi dengan meningkatnya jumlah organisasi dan jaringan ilegal yang menggunakan crypto,” tulis laporan tersebut.
Salah satu temuan utama adalah munculnya layanan pencucian uang berbasis blockchain dalam skala besar yang memfasilitasi transaksi ilegal. Beberapa platform telah berkembang menjadi ekosistem infrastruktur yang membantu penjahat mengamankan dan mencuci dana mereka dengan lebih efisien.
Lonjakan Kasus Pencurian dan Penipuan
Pencurian dana crypto meningkat sekitar 21% dari tahun sebelumnya, mencapai USD 2,2 miliar. Mayoritas kasus melibatkan kompromi kunci pribadi, dengan serangan besar yang diduga dilakukan oleh peretas Korea Utara. Total dana yang dicuri oleh kelompok ini pada 2024 mencapai USD 1,34 miliar, atau sekitar 61% dari seluruh kasus pencurian crypto.
Selain itu, berbagai skema penipuan seperti pig butchering dan investasi palsu juga mengalami lonjakan tajam. Bahkan, kecerdasan buatan (AI) kini dimanfaatkan oleh penipu untuk melakukan pemerasan berbasis deepfake dan skema penipuan yang lebih meyakinkan.
Ransomware dan Pasar Gelap Darknet
Meskipun pendapatan dari ransomware menurun 35% dari tahun sebelumnya menjadi USD 813,55 juta, serangan tetap intens. Pelaku kini menggunakan metode lebih canggih, termasuk negosiasi cepat pasca serangan serta eksploitasi kelemahan VPN perusahaan untuk akses ilegal.
Sementara itu, pasar gelap darknet yang selama ini menjadi tempat perdagangan ilegal juga mengalami perubahan tren. Total transaksi pasar gelap berbasis Bitcoin menurun dari USD 2,3 miliar menjadi USD 2 miliar, sementara toko penipuan (fraud shop) kehilangan lebih dari separuh volumenya akibat operasi penegakan hukum internasional.
Manipulasi Pasar dan Pencucian Dana
Manipulasi pasar menjadi perhatian utama dalam laporan ini, dengan dugaan wash trading pada beberapa blockchain mencapai USD 2,57 miliar. Selain itu, semakin banyak pelaku kejahatan yang memanfaatkan cross-chain bridges untuk mencuci dana mereka, menggantikan penggunaan mixer yang kini lebih diawasi otoritas global.
Tantangan dan Upaya Penegakan Hukum
Meskipun ada penurunan dalam persentase volume transaksi crypto yang terkait dengan aktivitas ilegal—dari 0,61% di 2023 menjadi 0,14% di 2024—laporan memperingatkan bahwa angka ini kemungkinan akan meningkat seiring dengan identifikasi lebih lanjut terhadap alamat yang terkait dengan kejahatan.
Berbagai langkah penegakan hukum telah dilakukan untuk menekan kejahatan berbasis crypto. Salah satunya adalah operasi gabungan yang berhasil menutup layanan pembayaran ilegal Universal Anonymous Payment System (UAPS), yang digunakan oleh ratusan toko penipuan daring.
Namun, dengan semakin kompleksnya ekosistem kejahatan berbasis blockchain, diperlukan inovasi dalam metode investigasi dan regulasi untuk memastikan crypto tidak terus menjadi sarana utama bagi aktivitas ilegal global.