Insiden Ambruknya Mushala di Ponpes Al-Khoziny, Sidoarjo
Pada hari Senin, 29 September 2025, sore hari, publik dikejutkan dengan insiden ambruknya bangunan mushala di Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Peristiwa ini disebut sebagai kegagalan sistem konstruksi yang berdampak signifikan terhadap keselamatan pengguna bangunan.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara resmi mengklasifikasikan kasus ini sebagai bencana kegagalan teknologi. Hal ini menuntut respons dan evaluasi menyeluruh terhadap seluruh proses pembangunan dan pemeriksaan struktur bangunan.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan bahwa ambruknya bangunan berawal dari kegiatan pengecoran yang sudah berlangsung sejak pagi hari. Diduga, tiang pondasi tidak mampu menahan beban tambahan dari pengecoran lantai empat. Akibatnya, bangunan roboh tiba-tiba saat digunakan untuk shalat Ashar berjemaah.
“Insiden ini termasuk dalam bencana kegagalan teknologi konstruksi. Peristiwa tersebut terjadi saat pondasi tidak sanggup menahan beban dari pengecoran yang dilakukan sejak pagi hari,” ujar Muhari dalam keterangan persnya.
Korban dari Tragedi Ambruknya Mushala
Tragedi ini menyebabkan banyak santri dan pekerja terjebak serta tertimpa material bangunan. Hingga pagi Selasa (30/9/2025), tercatat 102 individu berhasil diselamatkan dari lokasi kejadian. Sebanyak 91 orang berhasil keluar secara mandiri, sedangkan 11 lainnya berhasil dievakuasi oleh gabungan tim SAR.
Dalam laporan duka, satu korban ditemukan dalam keadaan meninggal dunia, sementara 77 orang lainnya mengalami luka-luka dan telah menerima perawatan medis.
Distribusi Korban Luka di Rumah Sakit
Rincian korban luka menunjukkan bahwa 34 orang dirawat di RSUD Sidoarjo, 38 orang di RS Siti Hajar, dan 4 orang di RS Delta Surya. Selain itu, laporan awal mengindikasikan bahwa masih ada 38 orang yang diduga tertimbun di bawah reruntuhan dan saat ini masih dalam proses pencarian intensif.
Operasi Pencarian Korban Terus Dilakukan
Tim gabungan yang terdiri dari berbagai elemen seperti BPBD Kabupaten Sidoarjo, Basarnas, BPBD Provinsi Jawa Timur, unsur Forkopimda, serta relawan SAR dari daerah tetangga seperti Surabaya, Gresik, Mojokerto, Nganjuk, dan Jombang, terus menerus melakukan operasi pencarian korban. Upaya yang dilakukan mencakup asesmen kondisi bangunan, pemantauan struktur yang tersisa, serta penyiapan jalur evakuasi agar proses pencarian lebih aman.
Peringatan BNPB: Pentingnya Standar Keselamatan Konstruksi
BNPB kembali mengingatkan tentang betapa krusialnya penerapan standar keselamatan konstruksi pada setiap proyek pembangunan gedung bertingkat. Menurut Abdul Muhari, pengawasan teknis yang ketat dan berkelanjutan mutlak diperlukan guna mencegah terulangnya insiden tragis serupa.
“Peristiwa ini menjadi peringatan bagi semua pihak, khususnya pengelola bangunan, untuk memastikan standar konstruksi benar-benar diterapkan. Pengawasan teknis tidak boleh diabaikan demi keselamatan,” tegasnya.
BNPB menyatakan akan terus menyediakan informasi terbaru mengenai penanganan tragedi ini seiring dengan perkembangan proses pencarian dan evakuasi korban di tempat kejadian.