5 Alasan Kenapa Free Fire Disebut Sebagai Game Burik 8-bit

Free Fire merupakan salah satu game battle royale yang sangat populer di Indonesia. Hingga tulisan ini dirilis, Free Fire telah diunduh sebanyak lebih dari 500 Juta kali oleh pengguna Android. Bahkan tak hanya sebatas itu, Free Fire juga merupakan game nomor 1 di Playstore di kategori Top Grossing (terlaris).

Namun meskipun begitu, nyatanya tak membuat Free Fire selalu mendapatkan respon positif dari semua kalangan. Seperti kita ketahui bersama, Free Fire seringkali disebut sebagai game burik 8-bit sakit mata karena memiliki tampilan grafis yang bisa dikatakan berkualitas rendah.

Nah, jika kamu penasaran kenapa Free Fire bisa dijuluki game burik 8-bit? Kami akan bahas tuntas berbagai alasan lengkapnya di bawah ini.

1. Grafik Apa Adanya

Alasan utama kenapa Free Fire disebut sebagai game burik karena tampilan grafiknya “hanya” memiliki kualitas 8 bit saja. Hal tersebut yang kemudian menjadikan banyak orang menjulukinya sebagai game burik.

Memang terkesan kasar, namun agaknya identitas dan julukan ini sudah melekat pada game yang satu ini.

Apabila dibandingkan dengan game lain yang sejenis, seperti halnya PUBG Mobile (PUBG) maupun Call of Duty Mobile (CODM). Tentu perbedaan kualitas grafiknya sangat jauh.

Hal tersebut dapat dilihat dari ukuran game-game tersebut. Menurut informasi dari Play Store, Free Fire hanya berukuran 46 MB saja. Namun, setelah di instal di Android, jumlah keseluruhan data yang tercatat pada Disk mencapai 800 MB hingga 1 GB.

Berbeda jauh dengan PUBG dan juga CODM, dimana kedua game ini memiliki ukuran hingga 4 GB setelah di instal. Dengan demikian, dapat kita nilai bahwa alasan dan penyebab kualitas grafik dari Free Fire ini dapat kita lihat dari perbedaan tersebut, dengan “besarnya” ukuran memori game ini.

Disamping itu, ada hal yang patut kita apresiasi kepada Garena International selaku pengembang sekaligus publisher game ini. Dimana mereka tiada hentinya melakukan berbagai pengembangan dan pembaharuan di salah satu game terbaik ini.

Terbukti dengan informasi yang dirilis oleh Garena, dimana mereka telah mempersiapkan pengembangan Free Fire versi HD yang akan dinamai Free Fire Max. 

Saat ini, pengembangan dari Free Fire Max sudah memasuki tahap Beta Testing versi 3.0. Jadi siap-siap bagi kalian yang sering “mengatai” Free Fire, kini Garena mulai serius untuk menggarap Free Fire versi High Definition.

2. Gerakan Karakter Terkesan Kaku

Jika dibandingkan dengan game sejenis seperti misalnya PUBG Mobile, gerakan atau movement dari karakter di game Free Fire memang terkesan kaku dan kurang realistis. Hal inilah yang pada akhirnya membuat beberapa kalangan menyebut game ini sebagai game burik.

3. Tidak Memiliki Pintu

Apa maksud dari “tidak memiliki pintu” di game Free Fire? Hehe, jika kalian amati lebih jauh dan teliti pada map atau zona permainan di Free Fire, maka semua bangunan yang ada di dalam map tidak memiliki pintu alias blong begitu saja.

Maka dari itu, hal ini juga sering dijadikan alasan mengapa Free Fire dijuluki sebagai game burik.

Jika kita bertumpu pada kualitas game, maka faktor reality bisa menjadi salah satu hal yang wajib untuk kita utamakan. Pasalnya, pintu adalah salah satu komponen utama pada sebuah bangunan atau rumah. Jika pada sebuah game, hal seperti ini dihiraukan, maka sisi reality dari game ini patut untuk kita pertanyakan.

Namun, dibalik hal ini ada alasan yang “masuk akal” dari Garena selaku pengembang game ini. Yakni, karena dari awal Free Fire ditujukan pada semua kalangan, tanpa melihat spesifikasi HP yang digunakan untuk bermain, maka Free Fire dikemas dengan ukuran “mini”, sehingga semua orang dapat memainkannya.

Apabila pengembang memasukan fitur pintu, maka akan menambah sebuah animasi yang bisa menambah memori atau ukuran dari game ini. Dan hal itulah yang kemudian menjadikan Free Fire game Battle Royal yang tidak memiliki “pintu” di dalamnya.

4. Banyak Pemain di Bawah Umur

Mungkin dari kalian sering mendengar istilah “bocil” hampir di semua jenis game online. Bocil merupakan singkatan Bocah Kecil yang kemudian disematkan pada anak-anak [masih] di bawah umur yang bermain game.

Sehingga mereka belum begitu mengerti bagaimana strategy dan cara bermain yang baik di sebuah game online terutama yang menjunjung tinggi asas kerja sama tim, termasuk Free Fire.

Nah, para pemain di bawah umur alias bocil ini cukup mendominasi jumlah pemain aktif di Free Fire. Tentunya fenomena ini tidak hanya terjadi di Free Fire saja, begitu juga dengan PUBG maupun CODM, pasti ada para pemainnya yang hadir dari kalangan bocil.

Terlebih lagi, pernah terjadi suatu momen dimana situasi sedikit memanas antara fans Free Fire dengan fans PUBG. Dan lucunya lagi adalah, situasi yang “memanas” ini akibat dari cuitan para pemain bocil di sosial media yang saling mengunggulkan game favoritnya.

Meskipun di Play Store sudah tertera informasi rating, atau batas minimal usia yang direkomendasikan. Namun, agaknya peraturan atau informasi rating ini tidak dihiraukan atau bahkan “tidak terlalu penting” untuk para pemain game di Indonesia.

Sehingga tidak ada suatu hal yang bisa dijadikan sebagai filter untuk mencegah atau mengendalikan para pemain Free Fire pun juga game-game lainnya.

Memang aneh dan lucu, namun itulah kenyataannya.

5. Identik dengan HP Kentang

Dan alasan yang terakhir, mengapa Free Fire disebut sebagai game burik, karena kebanyakan dari para pemain game ini identik atau didominasi oleh orang-orang dengan spesifikasi HP yang ala kadarnya.

Tentunya hal tersebut sudah sesuai dengan niat dan tujuan awal Garena, bukan? Dimana game ini ditujukan untuk semua orang, sekalipun memiliki HP yang berspesifikasi rendah.

Namun, jika kita menghendaki rasa nyaman dan pengalaman yang baik pada saat bermain game, tentunya kita perlu memperhatikan spesifikasi HP yang kita miliki.

Terlebih lagi, untuk kelas game Battle Royale seperti ini setidaknya membutuhkan kualitas grafis dari layar yang mumpuni. Pasalnya, kualitas layar dari sebuah Smartphone tentu sangat berpengaruh. Bisa kita lihat perbedaanya dari jenis layar yang digunakan, entah itu Amoled, TFT, maupun IFS.

Tentu yang bermain pada layar dengan jenis Amoled akan berbeda dengan yang bermain di layar IFS. Belum lagi kualitas dari resolusi layar yang digunakan, semakin “rapat” pixel dari sebuah layar smartphone, maka akan semakin membuat tampilan dari game ini tampak semakin burik.

Itulah beberapa alasan yang sering dijadikan landasan untuk “mengatai” Free Fire sebagai game burik. Namun, jangan kemudian kalian bisa serta merta memberi julukan seperti itu pada game ini.

Terlepas dari itu semua, Free Fire memiliki berbagai pencapaian luar biasa yang belum tentu dimiliki oleh game lain yang sejenis. Bahkan, beberapa klaim mengatakan bahwa game ini tergolong sebagai game populer nomor 1 di dunia.