Publica.id — Harga Bitcoin anjlok di bawah angka $90.000, menandai level terendah sejak pertengahan November tahun lalu. Tren penurunan ini terjadi seiring meningkatnya aksi jual di pasar crypto, didorong oleh kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump serta sejumlah kemunduran dalam industri aset digital.

Per pukul 17.00 WIB, Bitcoin sempat menyentuh level $86.900 sebelum kembali berfluktuasi. Mata uang kripto lainnya, seperti Ethereum, XRP, dan Solana, turut mengalami penurunan signifikan sepanjang sesi perdagangan hari ini, Selasa (25/2).
Tekanan Makroekonomi dan Kepercayaan Investor
Koreksi tajam ini menandai pergeseran drastis dari reli pasar yang sempat terjadi setelah kemenangan Trump pada pemilu awal November lalu. Bitcoin telah merosot hampir 20% sejak pelantikannya pada Januari, seiring kebijakan perdagangan yang agresif dan meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi yang masih tinggi.
“Penurunan harga Bitcoin kemungkinan besar terkait dengan ketidakpastian makroekonomi yang menghantam sebagian besar pasar keuangan dalam beberapa hari terakhir, terutama akibat berbagai tarif yang diumumkan oleh Presiden Trump,” kata Adrian Przelozny, CEO bursa crypto Independent Reserve.
Di pasar derivatif, lebih dari $1,34 miliar posisi bullish dalam crypto terlikuidasi dalam kurun waktu 24 jam terakhir, menurut data dari CoinGlass.
Peretasan Bybit dan Skandal Memecoin
Selain faktor makroekonomi, industri crypto juga diguncang oleh serangkaian peristiwa yang memperburuk sentimen pasar. Salah satu yang paling mencolok adalah peretasan besar-besaran terhadap bursa Bybit dan skandal memecoin yang melibatkan Presiden Argentina Javier Milei.
Peretasan terhadap Bybit disebut sebagai salah satu yang terbesar dalam sejarah crypto, dengan hacker yang diduga berasal dari Korea Utara berhasil mencuri sekitar $1,5 miliar dalam bentuk Ether. Para peneliti keamanan blockchain menyebut serangan ini menunjukkan peningkatan tingkat kecanggihan kelompok peretas dari negara tersebut.
Sementara itu, kepercayaan terhadap proyek crypto juga terguncang akibat performa buruk memecoin yang diluncurkan oleh Trump dan istrinya, Melania. Token yang diperkenalkan menjelang pelantikannya itu telah anjlok lebih dari 80% sejak mencapai puncaknya tak lama setelah diluncurkan, menurut data dari CoinGecko.
Masa Depan Crypto: Koreksi Sehat atau Awal Tren Bearish?
Dengan berbagai faktor yang menekan pasar, para analis kini mempertanyakan apakah penurunan ini hanyalah koreksi sementara atau awal dari tren bearish yang lebih panjang. Bitcoin dan aset crypto lainnya masih dianggap sebagai instrumen spekulatif yang rentan terhadap volatilitas tinggi, terutama dalam situasi ketidakpastian global seperti saat ini.
“Peretasan Bybit adalah satu dari serangkaian peristiwa yang mengingatkan kembali para pelaku pasar akan risiko yang masih melekat dalam industri crypto, termasuk peluncuran memecoin yang meragukan,” ujar Caroline Mauron, salah satu pendiri Orbit Markets, penyedia likuiditas untuk derivatif crypto.
Para investor kini mencermati langkah selanjutnya dari kebijakan ekonomi AS serta perkembangan di sektor crypto yang dapat menentukan arah pergerakan harga dalam beberapa pekan mendatang.
Artikel ini telah tayang sebelumnya di: kriptopedia.id.