News

Harga Komoditas Naik, Prospek Perusahaan Tembaga Menggiurkan

Lonjakan Harga Tembaga dan Peluang bagi Emiten

Harga tembaga global kembali mengalami lonjakan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Mengacu pada data dari Trading Economics, harga tembaga berada di level US$ 4,89 per pound pada Kamis (2/10) pukul 18.45 WIB. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 1,35% dibandingkan hari sebelumnya. Dalam satu bulan terakhir, harga komoditas ini telah meningkat hingga 8,06%.

Lonjakan harga ini terjadi di tengah situasi pasokan global yang terbatas dan permintaan industri yang masih lesu. Selain itu, peristiwa longsor di Tambang Grasberg milik Freeport Indonesia juga turut memengaruhi pasokan global. Tambang tersebut diperkirakan baru akan kembali beroperasi penuh pada awal tahun 2027, sehingga menyebabkan penurunan pasokan sekitar 3%.

Analis dari Korea Investment & Sekuritas Indonesia (KISI), Muhammad Wafi, menilai tren kenaikan harga tembaga menjadi sentimen positif bagi emiten produsen tembaga. Ia menjelaskan bahwa peluang untuk menjaga margin dan meningkatkan laba dalam jangka pendek semakin terbuka.

Emiten lokal yang mampu menjaga produksi memiliki kesempatan besar untuk meraih keuntungan maksimal, terlebih ketika pasokan global sedang mengetat. Wafi menegaskan bahwa prospek semester kedua bisa lebih baik, bahkan ada ruang untuk meningkatkan produksi jika permintaan global tetap stabil.

Dari sisi strategi, harga tembaga yang bullish dapat mendorong emiten di sektor ini menjadi lebih agresif. Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi, yaitu menambah kapasitas produksi untuk memaksimalkan harga jual atau mempercepat proyek smelter pengolahan tembaga sebagai bagian dari hilirisasi. Selain itu, kemungkinan masuknya emiten non-tembaga seperti grup energi atau konglomerasi ke sektor ini juga sangat memungkinkan, terutama karena daya tarik tembaga sebagai komoditas penting bagi industri kendaraan listrik dan energi terbarukan.

Namun, tantangan utama tetap ada, antara lain kebutuhan modal besar, proses hilirisasi yang panjang, serta risiko teknis tinggi.

Prospek Jangka Pendek dan Tantangan Jangka Panjang

Investment Analyst Infovesta Utama, Ekky Topan, menilai bahwa emiten tembaga memiliki kesempatan untuk meningkatkan utilisasi produksi dan mempercepat monetisasi cadangan tambang yang dimiliki. Namun, ia menekankan bahwa kenaikan harga saat ini masih bersifat temporer dan hanya berlaku jangka pendek. Hal ini disebabkan oleh faktor gangguan pasokan, bukan pertumbuhan permintaan yang struktural.

Oleh karena itu, potensi ekspansi atau diversifikasi dari emiten non-tembaga ke sektor tembaga kemungkinan belum akan terjadi dalam waktu dekat. Permintaan industri global masih cenderung lesu, dan isu kelebihan pasokan tetap menjadi tantangan utama.

Rekomendasi Saham untuk Investasi

PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) dinilai menjadi saham sektor tembaga yang cukup menarik, terutama setelah adanya koreksi harga belakangan ini. AMMN memiliki posisi kuat sebagai salah satu produsen tembaga terbesar di Indonesia dan memiliki roadmap bisnis jangka panjang yang jelas. Jika proyek hilirisasi berjalan sesuai rencana, harga saham AMMN berpotensi bergerak menuju kisaran Rp 10.000–10.500 per saham.

Wafi juga menilai AMMN sebagai emiten yang paling diuntungkan dengan tren kenaikan harga tembaga. Ia merekomendasikan pembelian saham AMMN pada level Rp 8.800 per saham.

Selain itu, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) juga menarik perhatian investor. Kombinasi bisnis emas dan tembaga, serta gencarnya hilirisasi yang dilakukan, membuat MDKA memiliki daya tarik. Target harga yang direkomendasikan adalah Rp 2.200 per saham.

Di sisi lain, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) memiliki eksposur yang terbatas pada komoditas tembaga, namun tetap memiliki peluang diversifikasi mineral dan hilirisasi yang menjanjikan. Saham ANTM direkomendasikan beli dengan target harga Rp 4.300 per saham.

Penulis: AdminEditor: Admin