Japan Open 2025 bakal menjadi ajang penuh kejutan, terutama di sektor tunggal putra. Salah satu sorotan utama adalah pertarungan antara Alwi Farhan, andalan Indonesia yang tengah naik daun, dengan Leong Jun Hao, tunggal putra Malaysia yang belakangan jadi momok bagi pemain-pemain Indonesia. Meski Leong Jun Hao bukan unggulan utama, rekam jejaknya melawan Jonatan Christie membuktikan bahwa ia patut diwaspadai.
Leong Jun Hao memang belum masuk peringkat 20 dunia, tapi catatan pertemuannya dengan Jonatan Christie cukup mengesankan, dengan tiga kemenangan berbanding dua kekalahan. Bahkan pada Singapore Open 2025, Leong sukses mengalahkan Jonatan dengan skor 16-21, 19-21, menandai debut pahit Jojo sebagai pemain profesional di luar Pelatnas. Kini, Leong kembali menjadi batu sandungan yang harus dihadapi oleh para wakil Indonesia di Japan Open 2025.
Alwi Farhan Berpotensi Bertemu Leong Jun Hao di Babak 16 Besar
Indonesia menaruh harapan besar pada Alwi Farhan yang juga dianggap sebagai kuda hitam dalam turnamen ini. Jika keduanya mampu lolos ke babak 16 besar, pertemuan antara Alwi dan Leong bisa terjadi, menambah panas persaingan tunggal putra. Sebelum itu, Leong harus lebih dulu menghadapi Alex Lanier, unggulan asal Prancis sekaligus juara bertahan, sedangkan Alwi dijadwalkan bertemu Lee Chia Hao, runner-up All England Open 2025 dari Taiwan.
Kondisi Slow Hall Jadi Tantangan Utama di Tokyo Metropolitan Gymnasium
Japan Open 2025 digelar di Tokyo Metropolitan Gymnasium, Shibuya, yang sudah cukup dikenal oleh banyak pemain dan pelatih karena sering menjadi lokasi turnamen. Namun, ada satu faktor teknis yang harus diantisipasi, yaitu kondisi shuttlecock yang relatif lebih berat dan perlahan, yang disebut sebagai “slow hall”.
Kondisi ini membuat pemain dengan gaya menyerang harus lebih berhati-hati karena tenaga bisa cepat terkuras dan serangan sulit mematikan lawan. Kenneth Jonassen, Kepala Kepelatihan Tunggal BAM asal Malaysia, mengingatkan Leong Jun Hao untuk menyesuaikan strategi menghadapi kondisi tersebut.
“Kami cukup tahu banyak beberapa venue di Jepang dan Alex (Lanier) tahun lalu bermain bagus di sana,” ujar Jonassen, dikutip dari New Straits Times. “Tantangan bagi Jun Hao adalah menemukan cara mengatasi shuttlecock yang pelan di sana selain mengatasi fisik dan gaya bermain Alex.”
Jonassen menambahkan bahwa Leong harus melakukan pendekatan berbeda karena kecepatan dan kekuatan permainan lawan yang sulit diprediksi. “Alex tidak akan mudah memberikan peluang, bermain dengan kecepatan tinggi dan kuat, dan akan menjadi tantangan untuk mendapatkan taktik yang tepat,” ujarnya.
Strategi Permainan di Slow Hall
Dalam kondisi slow hall, Leong diharapkan bisa menyesuaikan kapan harus menyerang dan kapan bertahan. Menurut Jonassen, terlalu agresif justru bisa membuka celah lawan untuk menyerang balik.
“Jun Hao perlu memahami permainan dan pemilihan pukulannya sendiri. Jika terlalu agresif sepanjang waktu, nanti dia cenderung membiarkan lapangan terbuka,” jelas Jonassen. “Penting baginya untuk tahu kapan harus berinisiatif dan kapan harus membiarkan lawan membuka serangan.”
Harapan Besar Malaysia di Tengah Absennya Lee Zii Jia
Leong Jun Hao menjadi satu-satunya wakil tunggal putra Malaysia setelah Lee Zii Jia memutuskan mundur dari turnamen ini. Ada satu nama lain, Justin Hoh, tapi ia masih tertahan di daftar cadangan dan sulit untuk masuk ke babak utama.
Dengan segala tantangan dan peluang yang ada, Japan Open 2025 diprediksi akan menjadi arena pertarungan sengit dan penuh drama, khususnya di sektor tunggal putra. Para penggemar bulu tangkis Indonesia tentu berharap Alwi Farhan bisa tampil maksimal dan membawa kejutan di turnamen bergengsi ini.