Penyebaran Keracunan Makanan di Garut Terus Bertambah
Jumlah siswa yang terkena keracunan makanan akibat program MBG (Makan Bergizi Gratis) di Kecamatan Kadungora, Kabupaten Garut, semakin meningkat. Hingga Rabu, 1 Oktober 2025, total korban mencapai 282 orang. Angka ini naik dua kali lipat dibandingkan jumlah sebelumnya. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut, Leli Yuliani.
Menurut Leli, dari 282 korban tersebut, sebagian besar sudah diperbolehkan pulang dan menjalani perawatan di rumah. “Jumlahnya 282 korban. Mayoritas sudah pulang dan menjalani rawat jalan di rumah,” ujarnya saat dikonfirmasi wartawan.
Secara rinci, 193 korban telah dipulangkan, sementara 81 siswa masih dirawat di Puskesmas Kadungora. Dua lainnya berada di Puskesmas Leles, dan enam orang dirujuk ke RSUD dr. Slamet Garut karena kondisi mereka lebih parah. Saat ini, kondisi para korban secara umum mulai membaik.
Korban berasal dari empat sekolah di wilayah Kadungora, yaitu SDN 3 Talagasari, SMPN 1 Kadungora, SMP PGRI, dan SMA Annisa. Mereka mengalami gejala umum seperti mual, pusing, muntah, diare, dan sesak napas setelah mengonsumsi makanan dari program MBG.
Hasil penelusuran menunjukkan bahwa menu makanan yang dikonsumsi siswa terdiri dari nasi, daging sapi, kacang edamame, kol, timun, pisang, serta susu bantal cokelat. Gejala keracunan muncul antara dua hingga tiga jam setelah makan siang yang disajikan pada Selasa, 30 September 2025.
Leli menyatakan bahwa Dinas Kesehatan saat ini sedang fokus pada perawatan korban dan pendataan lanjutan untuk mengantisipasi lonjakan jumlah korban. Pihaknya berupaya memberikan penanganan seoptimal mungkin.
Peningkatan jumlah korban memperkuat keputusan Pemerintah Kabupaten Garut untuk menetapkan status Kejadian Luar Biasa (KLB) sejak Selasa malam. Penetapan ini bertujuan mempercepat langkah-langkah penanganan darurat dan pemulihan.
Bupati Garut, Abdusy Syakur Amin, memerintahkan jajaran Forkopimcam Kadungora untuk melakukan penyisiran ke perkampungan guna mencari kemungkinan korban yang belum terdeteksi. Ia juga memastikan bahwa seluruh biaya pengobatan ditanggung oleh pemerintah daerah.
“Semua korban harus mendapatkan pertolongan medis. Jangan khawatir mengenai biaya,” tegas Syakur.
Hingga saat ini, penyelidikan terhadap dapur penyedia MBG yang diduga menjadi sumber keracunan masih berlangsung. Pemerintah setempat juga telah menutup sementara dapur tersebut sambil menunggu hasil laboratorium makanan dan bahan pangan yang disajikan.