News

Mengungkap Nasib Emiten Baru MSCI yang Dikuasai Asing

Perubahan Kepemilikan Asing di Saham yang Masuk dan Keluar MSCI

Beberapa saham baru-baru ini mengalami perubahan dalam kepemilikan asing setelah masuk atau keluar dari indeks MSCI. Hal ini terjadi seiring dengan pengumuman resmi oleh MSCI, yang memasukkan beberapa emiten ke dalam MSCI Global Standard Indexes dan mengeluarkan beberapa lainnya dari indeks utama.

Pada Agustus 2025 lalu, MSCI secara resmi memasukkan saham PT Dian Swastika Sentosa Tbk (DSSA) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN) ke dalam MSCI Global Standard Indexes. Sebaliknya, saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dikeluarkan dari indeks utama dan dipindahkan ke kategori MSCI Small Cap Indexes. ADRO masuk ke kategori ini bersama lima saham lainnya, yaitu PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI), PT MNC Land Tbk (KPIG), PT Petrosea Tbk (PTRO), PT Raharja Energi Cepu Tbk (RATU), dan PT Triputra Agro Persada Tbk (TAPG).

Selain itu, MSCI juga mengeluarkan saham PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan PT Panin Financial Tbk (PNLF) dari konstituen MSCI Small Cap Indexes. Perubahan ini menunjukkan adanya penyesuaian dalam komposisi indeks tersebut.

Perubahan Porsi Kepemilikan Asing

Berdasarkan data Bloomberg, terjadi perubahan dalam porsi kepemilikan asing pada berbagai saham. Untuk saham DSSA, jumlah investor asing meningkat sebesar 0,21% dibandingkan tanggal 27 Agustus 2025, sementara investor lokal tidak mengalami perubahan. Sementara itu, porsi kepemilikan asing di saham CUAN naik sebesar 0,36%, sedangkan investor lokal hanya naik 0,02%.

Di sisi lain, porsi kepemilikan asing di saham MBMA turun sebesar 0,18%, sementara investor lokal meningkat 0,01%. Di saham PNLF, porsi kepemilikan asing berkurang 0,04%, sedangkan investor lokal bertambah 0,07%.

Aliran Dana Asing

Dalam sebulan terakhir, tercatat aliran dana asing yang masuk ke beberapa saham. Misalnya, CUAN menerima aliran dana asing sebesar Rp 253,68 miliar di pasar reguler. Sementara itu, MBMA juga dibeli asing sebesar Rp 179,23 miliar di pasar reguler. Namun, sebaliknya, DSSA justru dijual asing sebesar Rp 99,66 miliar di pasar reguler, serta PNLF dijual asing sebesar Rp 82,83 miliar dalam sebulan terakhir.

Pandangan Analis

Managing Director Research & Digital Production Samuel Sekuritas Indonesia, Harry Su, menjelaskan bahwa saham-saham yang baru masuk ke MSCI, seperti DSSA dan CUAN, mengalami kenaikan porsi kepemilikan asing karena arus beli dari dana pasif dan aktif yang mengikuti indeks. Sebaliknya, saham yang didepak dari indeks seperti MBMA dan PNLF menghadapi tekanan jual asing, sehingga porsi lokal meningkat.

Menurut Harry, saham yang masuk MSCI diuntungkan oleh efek indeks karena adanya forced buying dari manajer investasi global. Hal ini biasanya mendorong likuiditas dan harga saham tersebut naik. Sementara itu, saham yang keluar dari MSCI cenderung mengalami penurunan volume perdagangan dan tekanan pada harga akibat pelepasan dari dana pasif.

Prospek dan Rekomendasi

Harry melihat prospek fundamental DSSA yang sedang melakukan transisi bisnis dari ketergantungan pada batu bara menuju infrastruktur digital dan komunikasi dalam ekosistem Sinarmas. Manajemen DSSA menargetkan kontribusi pendapatan dari segmen non-batubara mencapai lebih dari 30% dalam 3–5 tahun ke depan.

Dengan dasar tersebut, Harry merekomendasikan “speculative buy” untuk DSSA dengan target harga Rp 150.000 per saham, didukung oleh faktor inclusion MSCI. Masuknya saham ini ke dalam MSCI Indonesia Global Standard Index memberikan dorongan likuiditas, momentum kuat, serta meningkatkan minat investor sekaligus menarik aliran dana asing.

Pola Transaksi dan Potensi Ke depan

Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, Fath Aliansyah Budiman, menilai bahwa pola kenaikan transaksi normal akan terlihat pada saham-saham yang potensi masuk di periode menuju announcement date dan saham yang masuk dalam MSCI di H-1 effective date. Saat ini, DSSA dan BREN memiliki potensi bertahan di indeks MSCI pada rebalancing selanjutnya karena likuiditas dan harga mereka masih terjaga.

Selain itu, beberapa emiten baru yang berpotensi masuk dalam indeks antara lain BRMS, BREN, dan EMTK. Dengan pola transaksi saat ini, saham-saham tersebut bisa menjadi perhatian investor di masa mendatang.

Penulis: AdminEditor: Admin