Harga emas global mendadak merosot tajam setelah Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, secara mengejutkan mengumumkan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Iran. Kondisi ini memukul harapan investor yang sebelumnya mengandalkan ketegangan di Timur Tengah sebagai pendorong kenaikan harga logam mulia.
Pada perdagangan awal pekan, Senin (23/6/2025), harga emas masih sempat naik tipis 0,02% dan bertengger di posisi US$3.368,51 per troy ons. Kenaikan ini berbanding terbalik dengan koreksi tipis 0,07% yang terjadi di akhir pekan sebelumnya.
Namun, situasi berubah drastis pada pagi hari Selasa (24/6/2025). Hingga pukul 06.45 WIB, harga emas di pasar spot global amblas 0,67% menjadi US$3.345,82 per troy onsv level terendah sejak 10 Juni 2025. Anjloknya harga emas ini terjadi seiring merebaknya kabar gencatan senjata yang diumumkan langsung oleh Trump melalui platform media sosial miliknya, Truth Social.
Dalam unggahan berisi huruf kapital, Trump menyatakan bahwa Israel dan Iran telah mencapai kesepakatan gencatan senjata penuh, dimulai Selasa tengah malam waktu setempat. “Selamat kepada semua! Israel dan Iran telah sepakat untuk gencatan senjata penuh selama 12 jam, dan setelah 24 jam, perang 12 hari ini resmi berakhir,” tulis Trump. Ia juga mengapresiasi keberanian dan kecerdasan kedua negara dalam mengakhiri konflik yang berpotensi meluas di kawasan.
Reaksi pasar berlangsung cepat. Status emas sebagai aset aman (safe haven) langsung meredup karena tensi geopolitik di Timur Tengah menurun. Permintaan emas pun ikut loyo, padahal sehari sebelumnya harga emas sempat menguat di tengah ketidakpastian respons Iran atas serangan Amerika Serikat ke situs nuklirnya.
“Selama ketidakpastian geopolitik masih berlangsung, harga emas akan mendapat dukungan. Namun, kemungkinan penundaan pemangkasan suku bunga The Fed di tengah penguatan dolar membuat rekor tertinggi emas belum akan tercapai dalam waktu dekat,” jelas Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas Saxo Bank, dikutip Reuters.
Menguatnya dolar AS sebesar 0,6% terhadap mata uang utama dunia juga ikut menekan harga emas, karena logam mulia menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lain.
Di sisi lain, pelaku pasar kini mengalihkan fokus ke pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan berbicara di hadapan Kongres AS pada Selasa dan Rabu. Laporan kebijakan moneter semesteran yang akan disampaikan Powell sangat dinanti pasar global, terutama setelah The Fed pekan lalu memutuskan mempertahankan suku bunga dan memberi sinyal kehati-hatian soal pemangkasan suku bunga ke depan.
Para investor kini memperkirakan The Fed baru akan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir tahun. Emas batangan sendiri dikenal tampil cemerlang di era suku bunga rendah dan di tengah ketidakpastian. Namun, dengan meredanya konflik dan penguatan dolar, sentimen pasar pun berbalik arah—membuat harga emas terpaksa turun dari puncaknya.