Max Verstappen berada di ujung tanduk jelang Grand Prix Austria akhir pekan ini. Hanya satu poin penalti tambahan yang memisahkan juara dunia tiga kali itu dari larangan bertanding di GP Inggris 2025. Situasi ini menjadi bahan pembicaraan hangat di paddock Formula 1, mengingat Verstappen kini mengoleksi 11 poin penalti dalam 12 bulan terakhir.

Jika Verstappen menambah satu poin penalti lagi sebelum hari Senin setelah GP Austria, ia otomatis diskors satu balapan dan harus absen di Silverstone musim depan. Dua poin penalti akibat insiden dengan Lando Norris di Austria 2024 baru akan kedaluwarsa setelah GP Austria 2025, membuat balapan kali ini sangat krusial bagi sang pembalap Red Bull.

Risiko Skorsing dari Pelanggaran Sepele

Yang mengkhawatirkan, Verstappen bukan hanya terancam akibat insiden besar, tetapi juga dari pelanggaran ringan yang sering terjadi di lintasan. Berdasarkan regulasi terbaru FIA, berikut delapan pelanggaran yang bisa menambah satu poin penalti ke lisensi super pembalap:

  • Melewati garis masuk pit atau melewati bollard: Kesalahan ini bisa berujung penalti jika dianggap membahayakan, seperti yang dialami Lewis Hamilton di Austria 2024.
  • Melewati garis keluar pit: Juga dapat menghasilkan satu poin penalti jika pelanggaran cukup serius.
  • Kembali ke lintasan secara tidak aman saat kualifikasi: Pelanggaran ini otomatis diganjar satu poin penalti di sesi kualifikasi.
  • Mengabaikan blue flag: Tidak memberi jalan bagi pembalap yang lebih cepat bisa berakibat satu hingga dua poin penalti.
  • Melebihi waktu minimum di bawah safety car atau virtual safety car: Jika pembalap melanggar batas waktu dan mencatat sektor merah, satu poin penalti siap menanti.
  • Melanggar delta VSC terlalu dini: Melaju terlalu cepat saat VSC berakhir juga bisa langsung dihukum satu poin penalti.
  • Unsafe release saat pitstop: Pelepasan mobil yang membahayakan dan jadi kesalahan pembalap bisa berujung satu atau dua poin penalti.
  • Menyebabkan tabrakan ringan: Kontak kecil dengan mobil lain saat duel juga bisa menambah satu atau dua poin penalti ke pembalap.

Sistem akumulasi poin penalti FIA menuai banyak kritik dari para pembalap. Pierre Gasly, yang sempat hampir diskors pada 2023, menilai hukuman ini terlalu kaku dan tak sepadan dengan pelanggaran yang kerap bersifat minor. “Saya tidak merasa berbahaya, tapi hampir didiskualifikasi. Sistem ini perlu ditinjau ulang,” ujar Gasly.

Isack Hadjar juga menilai sistem ini tidak cocok untuk grid F1 saat ini yang dinilainya sudah bersih dan sportif. Sementara Lance Stroll menyoroti risiko penalti dari kesalahan kecil seperti melewatkan bollard di sesi latihan bebas. “Kalau hanya karena melewatkan bollard di FP2 bisa berujung absen balapan, sistem ini jelas tidak adil,” tegasnya.

Verstappen: Tak Akan Ubah Gaya Balap

Meski berada dalam tekanan, Verstappen menegaskan tidak akan mengubah gaya membalap agresifnya demi menghindari penalti. “Serius? Ini seperti jebakan. Saya dapat pertanyaan seperti ini setiap pekan,” ujar Verstappen di konferensi pers, Kamis lalu.

Namun, dengan hanya satu poin penalti tersisa sebelum skorsing, Red Bull harus ekstra waspada di Austria. Satu keputusan kontroversial dari steward bisa mengubah peta persaingan gelar dunia musim ini dan membuat Verstappen melewatkan salah satu balapan terpenting di kalender F1.

Kondisi Max Verstappen saat ini menunjukkan betapa tipis batas antara persaingan dan konsekuensi di Formula 1. Dengan pertarungan gelar yang semakin panas, setiap detail dan keputusan steward memiliki dampak signifikan. Red Bull kini hanya bisa berharap Verstappen melewati GP Austria tanpa tambahan poin penalti demi menjaga peluang juara dunia tetap terbuka lebar.