Maverick Vinales, pembalap Red Bull KTM Tech3 asal Spanyol, terus berjuang mengejar gelar juara dunia MotoGP yang selama ini diidam-idamkannya. Meski belum berhasil meraih trofi juara, Vinales tetap optimis bahwa peluang untuk menjadi yang terbaik di lintasan balap masih terbuka lebar.
Keyakinan itu muncul dari kepercayaannya terhadap potensi motor KTM yang ia kendarai saat ini. “Saya yakin akan sukses, meski saya belum tahu kapan waktunya. Tahun ini, keberhasilan saya dalam memenangkan balapan sangat bergantung pada peluang yang datang,” ujar Vinales seperti dikutip dari GPOne.
Perjuangan di Lintasan dan Tantangan Motor KTM
Vinales mengakui bahwa performanya saat balapan di Qatar belum maksimal karena dirinya belum siap. Namun, jika diberi kesempatan lain, ia yakin hasilnya akan berbeda. “Mungkin saya bisa lebih berusaha keras untuk meraih kesuksesan, tapi saya percaya waktunya akan tiba,” ucapnya kepada media AS.
Ia juga menyoroti kekuatan rival utamanya, Marc Marquez, yang menurutnya terlalu dominan. Vinales berharap motor KTM RC16 miliknya bisa memberikan respons yang lebih baik. “Yang saya sukai dari KTM adalah orang-orangnya dan energi yang mereka berikan. RC16 memiliki potensi besar, meski memang sulit dikendarai,” tambahnya.
Dalam menjalani balapan, Vinales menekankan pentingnya ketepatan dalam mengatur gas saat akselerasi. “Menambah gas 20 persen belum tentu membuat motor lebih baik, dan menguranginya 10 persen juga tidak cukup. Anda harus sangat presisi,” jelasnya sambil membahas harapannya agar mendapat konsesi lebih banyak.
Selain itu, Vinales menginginkan adanya kebebasan lebih dalam hal aerodinamika dan penambahan jumlah sesi uji coba. Ia mencontohkan Yamaha dan Honda yang akan mendapatkan tambahan dua hari uji coba di Brno, sesuatu yang menurutnya sangat bermanfaat.
Untuk mengalahkan Ducati yang selama ini cukup dominan, Vinales menilai sinergi tim sangat penting. “Menurut saya, kita bisa membuat proyek ini sukses dengan kerja sama yang solid. Saat ini adalah waktu di mana kolaborasi sangat dibutuhkan,” katanya.
Meski begitu, Vinales menyebut pembalap muda seperti Acosta tidak pernah meminta bantuannya. Namun, pengalaman dan pemahamannya terhadap rival seperti Morbidelli telah membantunya mengasah mental dan strategi balap.
Penyesalan Besar Tinggalkan Yamaha dan Tolak Tawaran Ducati
Vinales juga mengungkapkan penyesalannya karena meninggalkan Yamaha pada 2021. Padahal, ia sebenarnya bisa memperpanjang kontrak hingga 2022 dengan nilai besar. “Saya rela melepas kontrak senilai 17 juta Euro (sekitar Rp323 miliar), sponsor Monster Energy, dan berbagai hal lainnya. Tapi situasi dengan Aprilia berbeda,” ujarnya.
Ia menilai jika melihat ke belakang, lebih baik ia tetap bersama Yamaha karena peluang meraih hasil lebih baik terbuka lebar. Satu-satunya musim tanpa kemenangan adalah tahun 2018 saat tim mengikuti instruksi Valentino Rossi.
Terkait tawaran dari Ducati, Vinales menyesal pernah menolaknya. “Saya mendapat tawaran dari tim pabrikan untuk musim 2019-2020 sebagai rekan setim Dovizioso, tapi saya percaya manajemen saya dan memilih untuk tidak mengambilnya,” katanya.
Ia mengakui ini adalah kesalahan besar, walau tak tahu apakah tawaran itu akan membawanya jadi juara dunia. “Semua terjadi karena suatu alasan, mungkin saya akan jatuh dan tak bisa balapan lagi,” tambahnya.