Jessica Pegula melangkah ke Wimbledon 2025 dengan penuh keyakinan setelah baru saja menorehkan kemenangan gemilang atas Iga Swiatek di final Bad Homburg. Kemenangan ini menjadi modal berharga bagi petenis asal Amerika Serikat tersebut, yang kini siap menantang persaingan ketat di Grand Slam lapangan rumput paling bergengsi.

Pegula membuktikan kapasitasnya sebagai salah satu petenis putri terkuat musim ini. Dalam final Bad Homburg, ia menundukkan Swiatek—pemuncak ranking dunia—dengan skor meyakinkan 6-4, 7-5. Gelar ini menambah koleksi trofi Pegula tahun ini, melengkapi kemenangan di Charleston (tanah liat) dan Austin (hard court), serta menandai keberhasilannya menjuarai turnamen di tiga permukaan berbeda.

Tak lama setelah kemenangan tersebut, Pegula langsung terbang ke London. Ia mengaku hanya punya waktu kurang dari sehari untuk melakukan persiapan sebelum berlaga di ronde pertama Wimbledon 2025 melawan Elisabetta Cocciaretto, yang dijadwalkan berlangsung pada Selasa (1/7).

“Peralihannya memang sangat cepat, tapi saya senang bisa langsung berkompetisi di sini. Saya baru tiba tadi malam, jadi masih terasa seperti mimpi. Tapi saya ingin segera menyesuaikan diri,” ujar Pegula kepada media di pusat pers Wimbledon.

Gelar di Bad Homburg tak hanya diraih dengan menaklukkan Swiatek. Sepanjang turnamen, Pegula juga berhasil mengalahkan unggulan lain seperti Emma Navarro (peringkat 9 dunia) dan Linda Noskova (peringkat 30). Pencapaian ini semakin meningkatkan rasa percaya dirinya.

“Saya bahkan tidak sadar sudah menjuarai turnamen di tiga permukaan berbeda tahun ini sampai melihat statistiknya. Tentu ini membuat saya semakin percaya diri, tapi sekarang fokus saya sepenuhnya ke Wimbledon. Permukaan lain sudah lewat, saat ini hanya rumput yang jadi perhatian,” tambahnya.

Lapangan Rumput yang Selalu Menantang

Pegula menyadari bahwa lapangan rumput kerap menghadirkan kejutan. Ia menilai setiap laga di Wimbledon harus dijalani dengan penuh kewaspadaan, mengingat banyak hasil tak terduga bisa terjadi di permukaan ini.

“Rumput selalu menghadirkan tantangan unik. Siapa pun bisa kalah atau menang jika tidak siap. Karena itu, saya berusaha menjaga fokus dan tidak terburu-buru,” jelasnya.

Menurut Pegula, servis adalah kunci utama di lapangan rumput. Meskipun kecepatan lapangan tak secepat dulu, servis yang efektif bisa sangat menentukan jalannya pertandingan.

Iklan

“Bola di rumput kadang memantul tak terduga, sehingga servis yang tajam sangat penting. Banyak poin bisa diamankan lewat servis yang baik,” ungkapnya.

Pegula juga menyoroti pentingnya menjaga emosi di tengah tekanan turnamen besar. Ia mengakui sempat frustrasi usai tersingkir di Roland Garros, namun menyadari bahwa emosi adalah bagian wajar dari perjalanan seorang atlet.

“Saya pernah merasa sangat marah setelah kalah di Prancis Terbuka, sampai membanting botol air. Tapi saya belajar untuk cepat bangkit dan kembali fokus,” kisahnya.

Wimbledon 2025: Persaingan Terbuka dan Penuh Kejutan

Musim ini, Jessica Pegula memandang Wimbledon sebagai turnamen yang sangat terbuka. Menurutnya, belum ada dominasi tunggal, mengingat Aryna Sabalenka dan Iga Swiatek belum pernah juara di sini, sementara juara-juara sebelumnya seperti Marketa Vondrousova, Barbora Krejcikova, dan Elena Rybakina semakin memperlihatkan persaingan yang sengit.

“Di Wimbledon, momentum sangat menentukan. Seringkali hanya satu poin—bahkan satu net cord—yang bisa mengubah arah pertandingan,” ujar Pegula. Ia juga mengapresiasi gaya bermain variatif para pesaingnya, seperti drop shot dan slice dari Vondrousova, Ons Jabeur, serta Krejcikova, yang kerap merusak ritme lawan di rumput.

Pengalaman pahit di Prancis Terbuka ternyata memberi pelajaran berharga bagi Pegula. Setelah kalah dari Lois Boisson di babak keempat, ia sempat terpukul. Namun, menonton duel sengit antara Carlos Alcaraz dan Jannik Sinner di final Roland Garros memberinya sudut pandang baru.

“Melihat Sinner yang akhirnya kalah meski sudah unggul match point, saya jadi sadar setiap petenis pasti pernah mengalami momen sulit. Itu jadi pengingat bahwa tenis adalah olahraga yang penuh tekanan dan tak terduga,” pungkas Pegula.