Thiago Silva, bek legendaris yang kini berusia 40 tahun, kembali menunjukkan bahwa pengaruhnya tidak hanya terlihat di lapangan. Selain menjadi benteng utama pertahanan Fluminense, Silva juga aktif terlibat dalam merancang strategi tim.

Menjelang pertandingan penting perempat final FIFA Club World Cup 2025 melawan Al Hilal, Silva tampil sebagai otak di balik perubahan taktik yang membawa Fluminense meraih kemenangan penting. Sosoknya kini tak hanya sebagai pemain, tapi juga sebagai ‘asisten’ pelatih yang berani memberikan masukan berharga.

Peran Kunci Thiago Silva dalam Kemenangan atas Inter Milan

Kembali ke Fluminense setelah perjalanan panjang di Eropa, Thiago Silva mengungkapkan kepada FIFA bahwa ide taktisnya sangat berperan saat Fluminense menghadapi Inter Milan di babak 16 besar. Silva mengusulkan formasi 5-4-1 dan mendorong Jhon Arias ke posisi penyerang, perubahan yang akhirnya membawa kemenangan 2-0 bagi Fluminense.

Fluminense Siap Hadapi Tantangan Berat dari Al Hilal

Kemenangan melawan Inter Milan menjadi sejarah bagi Fluminense yang telah berdiri selama 123 tahun. Namun, tantangan sesungguhnya menanti saat mereka bertemu Al Hilal, yang diperkuat pelatih ternama Simone Inzaghi dan pemain-pemain berkualitas tinggi.

“Al Hilal bukan lawan yang bisa dianggap remeh. Mereka sudah lama bermain bersama dan memiliki teknik yang mumpuni. Kami harus fokus penuh,” ujar Silva.

Reuni di Lapangan dengan Kalidou Koulibaly

Dalam laga mendatang, Silva akan berhadapan dengan mantan rekannya di Chelsea, Kalidou Koulibaly. Meskipun saling menghormati, Silva menegaskan bahwa di lapangan tidak ada kompromi.

“Saya sangat menghargainya dan bahkan merekomendasikan dia ke Chelsea. Tapi sekarang kami berada di tim yang berbeda, jadi dukungan saya hanya untuk Fluminense,” kata Silva sambil tersenyum.

Waspadai Marcos Leonardo dan Kedisiplinan Al Hilal

Thiago Silva menyoroti striker Al Hilal, Marcos Leonardo, yang sedang dalam performa luar biasa dengan hampir 30 gol musim ini. “Kami tidak boleh membiarkan dia berkeliaran bebas,” tegas Silva.

Namun, kekuatan Al Hilal bukan hanya pada satu pemain, melainkan juga pada soliditas dan struktur tim yang kompak.

Pemain Kunci Fluminense: Fabio dan Jhon Arias

Perjalanan Fluminense ke perempat final didukung oleh penampilan gemilang kiper senior Fabio yang berusia 44 tahun, dengan tiga clean sheet dalam empat laga terakhir. Silva memuji disiplin dan dedikasi Fabio.

Iklan

“Di usia itu, apa yang dia lakukan luar biasa. Sebagai bek, saya merasa aman dengan dia di belakang,” katanya.

Sementara itu, Jhon Arias telah tiga kali dinobatkan sebagai Pemain Terbaik Pertandingan dan dianggap sebagai motor utama tim.

Hubungan Erat dengan Pelatih Renato Gaucho

Thiago Silva mengaku pelatih Renato Gaucho sangat terbuka dengan masukan pemain. Keterbukaan ini menjadi faktor penting dalam perkembangan tim.

“Saya sudah kenal Renato sejak lama. Dia bukan pelatih yang keras kepala dan selalu mau mendengar pendapat kami,” ungkap Silva.

Dukungan Suporter sebagai Sumber Semangat

Silva juga menekankan betapa besar dukungan dari para penggemar Fluminense, baik yang hadir langsung maupun yang mendukung dari jauh, menjadi bahan bakar semangat pemain.

“Melihat video para suporter di Laranjeiras yang menangis dan berpelukan membuat kami semakin bersemangat. Kami bermain untuk mereka,” ujarnya penuh emosi.

Mimpi Besar Thiago Silva Masih Terus Berlanjut

Perjalanan hidup Thiago Silva yang hampir terhenti karena tuberkulosis saat usia 19 tahun kini berubah menjadi kisah inspiratif. Di usia 40 tahun, ia tidak hanya bertahan sebagai pemain, tetapi juga menjadi pemimpin dan pemikir di ruang ganti Fluminense.

Bersama timnya, Silva bertekad tidak hanya bertahan, melainkan melaju jauh dan meraih trofi juara di pentas dunia.