Setelah 25 tahun bersama Bayern Munich, Thomas Mueller akhirnya mengakhiri kisah panjangnya dengan klub raksasa Bavaria tersebut. Kepastian ini datang setelah Bayern tidak memperpanjang kontrak Mueller yang habis pada musim panas 2025. Keputusan ini tentu meninggalkan kesan mendalam bagi sang pemain yang telah menjadi ikon klub selama bertahun-tahun.
Meski demikian, Mueller menegaskan bahwa dirinya tidak merasa sakit hati dengan keputusan klub. Sebaliknya, ia justru merasakan penghormatan dan rasa terima kasih yang besar dari pihak Bayern atas dedikasi dan kontribusinya selama ini.
Thomas Mueller telah menjadi bagian integral dari Bayern Munich sejak masa mudanya. Selama berkarier di tim utama, ia mencatatkan 755 penampilan di berbagai kompetisi, dengan torehan 250 gol dan 276 assist. Prestasi ini membawa Bayern meraih 33 gelar juara, menjadikan Mueller sebagai salah satu sosok paling berpengaruh dalam sejarah klub.
Dalam wawancara dengan CBS, Mueller menjelaskan bahwa hubungan antara pemain dan klub memang selalu bersandar pada keputusan bisnis dan sepak bola, bukan emosi semata. Ia mengakui bahwa kontrak dan kerja sama terkadang harus berakhir, namun rasa saling menghormati tetap terjaga.
“Aku tidak merasa tersakiti karena hubungan antara klub dan pemain, walaupun sangat spesial, selalu berdasarkan keputusan bisnis,” ujar Mueller. “Ada kalanya kita merasa salah dalam sebuah kontrak, tapi pada akhirnya semua sudah terjadi. Aku tidak pernah merasa ada rasa tidak hormat dari pihak klub,” tambahnya.
Mueller juga menekankan bahwa fans sangat merasakan hubungan emosional ini, namun dari sisi manajemen dan petinggi klub, ia selalu merasakan rasa terima kasih yang tulus atas apa yang telah ia berikan untuk Bayern.
“Aku percaya fans merasakan apa yang aku rasakan. Namun, dari orang-orang yang membuat keputusan di klub, aku selalu merasa mereka sangat menghargai kontribusiku,” pungkas Mueller dengan tegas.
Dengan sikap dewasa dan penuh rasa hormat, Thomas Mueller mengakhiri babak baru dalam kariernya, meninggalkan Bayern Munich sebagai legenda tanpa ada luka atau dendam.