Proses seleksi masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri di Kota Bogor tahun ini menuai perhatian publik. Ribuan siswa dan orang tua menanti hasil Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) dengan harap-harap cemas, mengingat persaingan yang sangat ketat setiap tahunnya.
Sayangnya, dari ribuan pendaftar, hanya sebagian yang bisa mengenyam pendidikan di bangku SMP negeri. Banyak siswa harus menerima kenyataan gagal masuk sekolah negeri favorit mereka, namun pemerintah memastikan tidak ada anak yang kehilangan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.
Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, mengungkapkan bahwa dari total 13.726 siswa yang mendaftar ke SMP negeri, hanya 6.724 kursi yang tersedia di 23 sekolah. Dengan demikian, sebanyak 7.002 siswa dinyatakan tidak lolos seleksi tahun ini.
“Kuota SMP Negeri di Kota Bogor saat ini ada 6.724 kursi dari 23 sekolah yang ada. Tahun ini jumlah peminat sebesar 13.726 siswa, sehingga terdapat 7.002 siswa tertolak,” jelas Dedie pada Rabu (2/6/2025).
Pilihan SMP Swasta Siap Tampung Siswa
Meski tidak diterima di SMP negeri, Dedie memastikan seluruh siswa tetap bisa melanjutkan pendidikan. Pemerintah Kota Bogor menyediakan 73 SMP swasta yang mampu menampung lebih dari 7.255 siswa baru. Dengan kapasitas tersebut, seluruh lulusan SD bisa tetap melanjutkan ke jenjang SMP.
“Ada 73 sekolah swasta dengan daya tampung sebesar 7.255 siswa, sehingga secara akumulatif tidak ada siswa yang tidak bisa terakomodasi jenjang pendidikannya,” terang Dedie.
Pendaftaran SPMB tahun ini dibuka melalui empat jalur, yakni:
- Jalur afirmasi
- Jalur domisili
- Jalur prestasi
- Jalur mutasi
Dedie menegaskan, jalur bina lingkungan yang sebelumnya diperuntukkan bagi siswa kurang mampu telah ditiadakan, sesuai aturan terbaru Permendikdas Nomor 3/2025.
“Hanya ada empat jalur penerimaan, yaitu jalur domisili, afirmasi, prestasi, serta jalur mutasi. Tidak ada lagi jalur bina lingkungan seperti sebelumnya,” kata Dedie.
Menanggapi persepsi tentang sekolah favorit, Dedie menyebut seluruh SMP negeri di Kota Bogor memiliki keunggulan masing-masing. Ia menilai anggapan adanya sekolah favorit lebih karena hubungan historis keluarga atau alumni sebelumnya.
“Daya tarik sekolah negeri di Kota Bogor masih sangat besar sehingga minatnya tinggi dan secara umum semuanya memiliki keunggulan. Persepsi sekolah favorit hanya muncul karena ada ikatan masa lalu dengan keluarga atau alumni,” tutup Dedie.