News

Pusat Belanja Dapat Dukungan dari Ekspansi Merek Tiongkok ke Indonesia

Pertumbuhan Pusat Belanja di Indonesia Didorong oleh Merek-Merek Tiongkok

Minat tinggi dari sejumlah merek asal Tiongkok terhadap pasar Indonesia memberikan peluang besar bagi perkembangan industri pusat belanja. Hal ini terlihat dari data yang dirilis oleh Colliers Indonesia, yang menunjukkan bahwa tingkat okupansi ritel di Jakarta pada kuartal III-2025 meningkat sedikit menjadi 74,7% dibandingkan dengan posisi 74,4% pada kuartal III-2024.

Ferry Salanto, Head of Research Colliers Indonesia, menjelaskan bahwa masuknya merek-merek Tiongkok seperti Chagee dan Oh!Some, yang kini populer di kalangan generasi muda, menjadi salah satu faktor utama dalam pertumbuhan tersebut. Ia menyebutkan bahwa banyak merek Tiongkok saat ini tengah aktif mencari lokasi strategis di Jakarta untuk memperluas jaringan bisnis mereka.

“Kami di Colliers telah membantu beberapa brand Tiongkok untuk masuk dan melakukan ekspansi di mal Jakarta. Jumlahnya bukan hanya satu merek, tetapi beberapa merek yang sedang mencari lokasi strategis,” ujarnya.

Selain Colliers Indonesia, Asosiasi Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) juga mengamati tren serupa. Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, menilai bahwa agresivitas merek global, termasuk Tiongkok, berpotensi menjadi pendorong utama peningkatan okupansi pusat belanja sekaligus memperkaya pilihan belanja bagi masyarakat.

Ia menjelaskan bahwa ekspansi merek global tidak hanya memberikan manfaat dalam meningkatkan tingkat hunian pusat belanja, tetapi juga memberikan konsumen akses ke lebih banyak pilihan merek dan produk. Menurut Alphonzus, pusat belanja identik dengan gaya hidup, terutama di kota besar. Oleh karena itu, pusat belanja perlu terus memperbarui diri dengan menghadirkan merek ritel baru.

“Bukan hanya merek lokal, tetapi juga merek global yang pertumbuhannya jauh lebih cepat,” katanya.

Menurut Alphonzus, pertumbuhan merek global kini tidak lagi terbatas di kota besar. Beberapa di antaranya bahkan mulai menembus pasar di kota-kota tier 2 dan tier 3 di luar Pulau Jawa. Dengan demikian, agresivitas ekspansi merek global diharapkan dapat membantu pemerataan pertumbuhan industri ritel, sehingga pertumbuhan pusat belanja tidak hanya terpusat di Jabodetabek.

Alphonzus juga menyebutkan bahwa merek asing yang masuk ke Indonesia sebagian besar berasal dari kategori menengah, yang sesuai dengan dominasi kelas menengah di Indonesia. Dengan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, produk-produk tersebut dapat diserap dengan baik oleh pasar.

Secara keseluruhan, dengan semakin banyaknya merek asing yang membuka toko di Indonesia, Alphonzus memprediksi bahwa tingkat okupansi pusat perbelanjaan secara nasional pada tahun 2025 akan berada dalam kisaran 80% hingga 85%. Hal ini menunjukkan potensi besar bagi industri ritel dan pusat belanja di Indonesia, khususnya dengan masuknya merek-merek global yang siap memperkaya pilihan belanja masyarakat.

Penulis: AdminEditor: Admin