Manchester United dikenal luas sebagai salah satu klub yang setia mengandalkan pemain jebolan akademi dalam skuad utama mereka. Sejak Oktober 1937, Setan Merah tak pernah absen menurunkan setidaknya satu pemain akademi dalam setiap pertandingan, sebuah rekor mengagumkan yang sudah bertahan selama hampir 88 tahun.
Rekor impresif ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi MU, sekaligus pembeda dari klub-klub rival di Inggris. Sepanjang periode tersebut, MU berhasil menorehkan 4.321 pertandingan dengan kehadiran pemain akademi, dan membawa pulang 44 trofi, termasuk 18 dari 20 gelar Liga Inggris modern.
Ancaman Berakhirnya Era Pemain Akademi
Namun sayangnya, tren yang luar biasa ini terancam berakhir mulai musim 2025-26. Sejumlah pemain lulusan akademi yang dulu menjadi andalan sudah meninggalkan klub. Marcus Rashford kini merumput di Barcelona, Jonny Evans telah pensiun, sementara Scott McTominay, Mason Greenwood, dan Brandon Williams sudah hengkang secara permanen sejak tahun 2024.
Hanya Alejandro Garnacho yang masih terdaftar, tapi keberadaannya di tim utama mulai dipertanyakan karena tidak masuk dalam rencana manajer Ruben Amorim. Sedangkan Kobbie Mainoo, gelandang berusia 20 tahun yang tersisa, sempat absen di 17 laga musim lalu akibat cedera otot. Jika ia kembali cedera, MU bisa jadi benar-benar kehilangan representasi akademi di skuad inti.
Harapan dari Pemain Muda dan Tantangan yang Dihadapi
Dalam tur pramusim di Amerika Serikat, beberapa pemain akademi seperti Toby Collyer, Tyler Fredricson, Bendito Mantato, Ethan Williams, dan Jack Fletcher mendapat kesempatan bermain. Namun, besar kemungkinan mereka akan kembali ke tim akademi atau dipinjamkan ke klub lain, bukan langsung masuk skuad utama MU musim depan.
Hal ini memperlihatkan tantangan besar mempertahankan tradisi panjang tersebut. Tony Park, seorang penggemar sekaligus sejarawan MU yang menemukan fakta rekor ini, menyebutkan bahwa keputusan melepas McTominay merupakan kesalahan besar. Ia juga menilai Rashford dan Williams tidak ditangani dengan optimal, dan sistem akademi saat ini dianggap terlalu monoton tanpa pemain muda yang benar-benar menonjol.
Makna Tradisi Akademi bagi MU dan Realita Masa Kini
Bagi banyak suporter, kehadiran pemain akademi di tim utama bukan sekadar soal prestasi, melainkan simbol “warga lokal” yang mewakili identitas klub. Ini juga menjadi bukti bahwa sistem pengembangan pemain muda di MU berjalan dengan baik. Tony Park menegaskan, “Menggunakan pemain muda secara konsisten sekaligus meraih trofi adalah sesuatu yang sangat membanggakan.”
Park juga mengingatkan peran penting manajer legendaris seperti Matt Busby dan Alex Ferguson yang menjadikan pengembangan pemain muda sebagai DNA klub. Namun, ia tetap realistis bahwa zaman sudah berubah dan tantangan kini jauh lebih berat.
“Setiap manajer memang harus memberikan kesempatan kepada pemain muda, tapi pada akhirnya mereka harus berjuang keras untuk mendapatkan tempat,” ujarnya. “Ini soal meritokrasi. Jika pemain muda tidak cukup bagus, jangan dipaksakan. Namun jika sampai kehilangan kesempatan karena sistem, itu kesalahan besar.”
Dengan segala dinamika ini, nasib rekor hampir sembilan dekade MU yang selalu menampilkan pemain akademi di tim utama kini berada di persimpangan. Apakah tradisi gemilang ini akan bertahan atau harus berakhir, kita tunggu perjalanan MU di musim depan.