Rupiah Tampil Perkasa di Pekan Ini
Nilai tukar rupiah menunjukkan kinerja yang kuat pada pekan ini. Bahkan, rupiah berhasil kembali berada di bawah level Rp 16.600 per dolar Amerika Serikat (AS). Dalam laporan terbaru, rupiah mengakhiri perdagangan dengan penguatan sebesar 0,21% ke posisi Rp 16.563 per dolar AS. Dalam satu minggu terakhir, rupiah spot telah menguat sebesar 1,05%.
Selain itu, rupiah Jisdor di Bank Indonesia (BI) juga mengalami penguatan tipis sebesar 0,006% menjadi Rp 16.611 per dolar AS. Dalam seminggu terakhir, rupiah Jisdor juga menguat sebesar 0,98%. Hal ini menunjukkan adanya tekanan positif terhadap nilai tukar rupiah dalam beberapa hari terakhir.
Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa penguatan rupiah dalam sepekan didorong oleh data ekonomi domestik yang menunjukkan tren positif. Contohnya adalah data neraca perdagangan Agustus 2025 yang masih menunjukkan surplus, serta inflasi yang naik menjadi 2,65% pada September 2025. Kenaikan inflasi tersebut bisa menjadi indikator bahwa aktivitas ekonomi sedang membaik.
Selain itu, pernyataan Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa yang menyebut akan terus bekerja sama dengan BI untuk menjaga stabilitas rupiah juga menjadi faktor pendukung lainnya. Pernyataan tersebut memberikan keyakinan kepada pasar bahwa pemerintah dan otoritas moneter memiliki strategi jangka panjang untuk menjaga nilai tukar rupiah.
“Sentimen risk-on di pasar ekuitas juga turut mendukung penguatan rupiah pekan ini,” kata Lukman kepada media. Ia menambahkan bahwa sentimen positif dari pasar modal memberikan dukungan tambahan bagi rupiah.
Di sisi lain, indeks dolar AS mengalami tekanan, terutama karena data Laporan Perubahan Tenaga Kerja Non-Pertanian ADP yang menunjukkan penurunan. Data ini memberikan tekanan terhadap dolar AS, sehingga membuat rupiah lebih stabil dan bahkan menguat.
Proyeksi Pekan Depan
Lukman memproyeksikan bahwa rupiah akan bergerak fluktuatif pada pekan depan. Hal ini dipengaruhi oleh risalah pertemuan FOMC Federal Reserve. Pasar mengharapkan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell, yang akan membahas arah kebijakan moneter The Fed. Prediksi yang muncul adalah bahwa pidato tersebut akan cenderung bernada hawkish atau agresif.
Dari sisi domestik, rilis cadangan devisa yang diprediksi meningkat menjadi US$ 159 miliar juga akan memengaruhi gerak rupiah. Peningkatan cadangan devisa dapat memberikan dukungan tambahan terhadap nilai tukar rupiah.
Namun, Lukman menegaskan bahwa secara umum, perkembangan sentimen domestik belum sepenuhnya positif. Penguatan rupiah belakangan ini hanya didasarkan pada pernyataan-pernyataan pemerintah, sehingga tidak akan bertahan lama. Untuk menjaga stabilitas rupiah, diperlukan langkah-langkah yang lebih konkret dan berkelanjutan.