Tim ilmuwan internasional dibuat terkejut setelah menemukan mineral langka yang tak terduga pada sampel dari asteroid Ryugu. Temuan ini berpotensi merevolusi pengetahuan kita tentang proses pembentukan batuan luar angkasa dan asal-usul tata surya.
Penelitian terbaru yang dimuat di jurnal Meteoritics & Planetary Science mengungkap adanya kejanggalan antara komposisi mineral yang ditemukan di Ryugu dengan teori pembentukannya yang selama ini diyakini para ahli. Hal ini bisa menjadi kunci untuk memahami evolusi tata surya serta kerumitan asteroid purba seperti Ryugu.
Pada 5 Desember 2020, kapsul pembawa sampel Ryugu dari misi pesawat ruang angkasa Hayabusa2 milik Jepang berhasil mendarat di pedalaman Australia. Keberhasilan misi ini menandai akhir perjalanan penelitian selama enam tahun demi mempelajari salah satu objek paling misterius di luar angkasa.
Asal Usul Ryugu dan Pembentukan Mineral Langka
Selama ini, Ryugu diperkirakan berasal dari benda induk yang terbentuk antara 1,8 hingga 2,9 juta tahun setelah lahirnya tata surya. Asteroid ini, yang lebarnya mencapai 800 meter dengan berat sekitar 496 juta ton, diyakini tercipta dari campuran es karbon dioksida dan air di pinggiran tata surya, kemungkinan berasal dari keluarga asteroid Eulalia atau Polana.
Seiring waktu, unsur radioaktif di dalam benda induk Ryugu meluruh dan menghasilkan panas hingga sekitar 50 derajat Celcius. Tabrakan hebat dengan asteroid lain akhirnya membentuk Ryugu, yang sebagian besar tersusun dari batuan serupa dengan meteorit CI chondrite jenis yang cukup sering ditemukan di Bumi.
Penemuan Djerfisherite: Petunjuk Baru
Yang mengejutkan, para peneliti menemukan mineral djerfisherite sulfida besi-nikel yang kaya kalium di sampel Ryugu. Mineral ini biasanya hanya ditemukan pada enstatite chondrite, jenis meteorit langka yang terbentuk pada suhu sangat tinggi di bagian terdalam tata surya. Ditemukannya djerfisherite di Ryugu ibarat menemukan benih tropis di tengah es abadi Arktik.
Masaaki Miyahara, profesor dari Universitas Hiroshima dan penulis utama studi, menjelaskan bahwa penemuan ini membantah anggapan selama ini tentang keseragaman komposisi Ryugu dan membuka pertanyaan baru seputar evolusi asteroid purba.
Misteri Evolusi Asteroid
Dengan menggunakan teknologi mikroskop FE-TEM, tim Miyahara menyimpulkan bahwa djerfisherite kemungkinan terbentuk melalui interaksi cairan kaya kalium dan sulfida besi-nikel pada suhu lebih dari 350 derajat Celcius. Ada dua kemungkinan: materi berbeda dengan sejarah pembentukan unik pernah bercampur di awal tata surya, atau Ryugu mengalami kondisi kimia yang sangat beragam di masa lalu.
Meski data awal lebih mendukung teori kedua, para ilmuwan masih membutuhkan analisis lebih lanjut, termasuk studi isotop, untuk memastikan asal muasal mineral ini.
Misi Selanjutnya dan Makna Penemuan
Hayabusa2 kini melanjutkan perjalanannya menuju asteroid berikutnya, 1998 KY26, yang diprediksi akan dikunjungi pada 2031. Sementara itu, penemuan mineral langka di Ryugu menjadi tonggak penting dalam upaya manusia mengungkap proses-proses misterius yang membentuk tata surya kita.
Penemuan ini tidak hanya menantang teori lama, tetapi juga membuka peluang bagi penemuan-penemuan baru tentang asal-usul dan evolusi alam semesta.