Sebuah penemuan luar biasa di pesisir timur Teluk Hudson, Kanada, telah mengungkap lapisan batuan yang diyakini sebagai yang tertua di Bumi. Berdasarkan penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Science pada 26 Juni 2025, formasi batuan di kawasan Nuvvuagittuq Greenstone Belt (NGB) diperkirakan berumur sekitar 4,16 miliar tahun.
Tim ilmuwan internasional menggunakan dua teknik penanggalan isotop radioaktif untuk meneliti usia magma purba yang terperangkap di dalam batuan tersebut. Temuan ini memperkuat hasil riset sebelumnya yang sempat menuai kontroversi pada tahun 2008.
“Batuan vulkanik ini setidaknya berumur 4,16 miliar tahun, mungkin bahkan lebih tua—mungkin sekitar 4,3 miliar tahun,” ujar Jonathan O’Neil, profesor ilmu lingkungan dari University of Ottawa sekaligus penulis utama studi tersebut, dikutip dari Live Science.
Batuan kuno ini diyakini tidak hanya sebagai saksi bisu dari masa-masa awal planet kita, tetapi juga menjadi kunci penting untuk memahami proses-proses kimia yang mendasari munculnya kehidupan di Bumi. Menurut para ahli, tidak ada batuan lain yang diketahui lebih tua dari temuan ini.
Pada masa pembentukan awal, Bumi merupakan bola lava panas yang perlahan-lahan mendingin selama sekitar 600 juta tahun pertama, dalam periode yang dikenal sebagai eon Hadean. Selama fase ini, terbentuklah kantong-kantong batuan padat, meski Bumi seringkali diterpa oleh tabrakan asteroid dan benturan besar dengan protoplanet Theia yang akhirnya membentuk Bulan.
Transformasi Permukaan dan Keunikan Wilayah Kanada
Sekitar 3,8 miliar tahun lalu, permukaan Bumi mulai terpecah menjadi lempeng-lempeng tektonik yang terus bergerak, membentuk pegunungan dan palung laut. Proses subduksi membuat sebagian besar batuan permukaan mengalami metamorfosis akibat panas dan tekanan tinggi.
Namun, beberapa wilayah yang jauh dari batas lempeng tektonik—termasuk bagian timur laut Kanada—masih menyimpan batuan yang relatif tidak berubah selama miliaran tahun. Nuvvuagittuq Greenstone Belt adalah salah satu kawasan tersebut, dengan usia batuan yang diperkirakan minimal 3,8 miliar tahun.
Pada tahun 2008, Jonathan O’Neil dan rekan-rekannya mengklaim batuan di NGB berusia 4,3 miliar tahun, namun klaim ini sempat diperdebatkan karena batuan tersebut tidak mengandung mineral zirkon—batu penanda usia yang biasanya digunakan untuk penanggalan karena kestabilannya. Saat itu, tim menggunakan metode peluruhan unsur samarium menjadi neodymium, yang memiliki dua jalur peluruhan berbeda dan menghasilkan estimasi usia yang tidak selalu konsisten.
O’Neil menjelaskan bahwa proses metamorfisme batuan setelah 4 miliar tahun lalu tidak memengaruhi peluruhan jangka pendek, namun dapat mengubah jam peluruhan jangka panjang dan menyebabkan perbedaan hasil penanggalan.
Konfirmasi Usia dengan Analisis Terbaru
Untuk mengatasi keraguan, tim peneliti kembali ke lokasi dan meneliti bagian batuan yang pernah ditembus oleh magma dari mantel Bumi. Karena magma ini seharusnya lebih muda daripada batuan yang ditembus, maka dapat dijadikan tolok ukur usia minimum. Analisis terbaru menemukan bahwa kedua jalur peluruhan samarium memberikan hasil usia yang konsisten, yakni 4,16 miliar tahun.
“Sebagian batuan di Nuvvuagittuq Greenstone Belt terbentuk dari presipitasi air laut purba. Penelitian lebih lanjut dapat mengungkap komposisi lautan pertama di Bumi, suhu, hingga atmosfernya, bahkan mungkin menjadi lokasi ditemukannya jejak kehidupan tertua di planet ini,” kata O’Neil.
Ia menambahkan, memahami lingkungan tempat kehidupan pertama muncul di Bumi juga sangat penting dalam pencarian kehidupan di luar planet ini, seperti di Mars.