Persaingan dalam eksplorasi luar angkasa semakin memanas. Dua teleskop luar angkasa mutakhir siap diluncurkan: Xuntian dari Cina dan Nancy Grace Roman milik Amerika Serikat. Kedua observatorium ini digadang-gadang bakal mengubah cara manusia memetakan jagat raya dalam beberapa dekade mendatang.
Xuntian: Langkah Besar Cina dalam Observasi Antariksa
Teleskop Xuntian dijadwalkan mengangkasa pada akhir tahun ini hingga awal 2026. Inovasi terbaru dari Negeri Tirai Bambu ini menjadi babak baru setelah keberhasilan mereka menaklukkan Bulan dan Mars. Xuntian dirancang dengan teknologi canggih, termasuk desain off-axis yakni, posisi lensa cermin sekunder tidak segaris dengan cermin utama demi memaksimalkan penangkapan cahaya dan mempertahankan kualitas gambar.
Berdasarkan laporan Chinese Academy of Sciences, Xuntian akan mampu memotret area langit 300 kali lebih luas dibandingkan Hubble. Kamera beresolusi 2,5 miliar piksel ini diproyeksikan mampu memindai hingga 40 persen langit dalam 10 tahun masa operasinya. Menariknya, Xuntian akan beredar di orbit rendah, dekat stasiun antariksa Tiangong milik Cina.
Roman: Teleskop ‘Daur Ulang’ Amerika yang Siap Menantang
Tak mau kalah, Amerika Serikat juga tengah bersiap meluncurkan teleskop Nancy Grace Roman pada akhir 2026 atau awal 2027. Menurut Tri Laksmana Astraatmadja dari Space Telescope Science Institute, teleskop ini awalnya merupakan satelit mata-mata milik badan intelijen AS sebelum akhirnya dihibahkan ke NASA dan dirombak menjadi teleskop survei canggih.
Teleskop Roman memiliki spesifikasi mirip Hubble, termasuk cermin utama berdiameter 2,4 meter. Namun, keunggulan utama terletak pada sudut pandangnya yang jauh lebih lebar sekitar 2 derajat, dibandingkan Hubble yang hanya 0,5 derajat. Dengan demikian, Roman mampu mengabadikan bidang langit hingga 100 kali lipat lebih efisien dari Hubble, sangat ideal untuk survei skala besar.
Roman akan ditempatkan di orbit sekitar 1,5 juta kilometer dari Bumi, atau tiga kali lebih jauh dari Hubble yang kini mengorbit setinggi 550 kilometer di atas permukaan Bumi.
Mengisi Kekosongan Hubble dan Melampaui Batasan
Hubble, meski masih berfungsi optimal, kini hanya mengandalkan satu dari tiga giroskopnya. Dampaknya, sejumlah area langit tidak lagi terpantau maksimal. Orbitnya pun perlahan menurun dan diperkirakan dalam sepuluh tahun ke depan akan memasuki atmosfer lalu jatuh ke Bumi. Dalam situasi ini, Xuntian dan Roman berpotensi besar menjadi penerus pengamatan langit dalam skala luas.
Membuka Peluang Baru Ilmu Pengetahuan
Xuntian dan Roman menawarkan keunggulan bagi astronom dalam mempelajari objek-objek transien fenomena yang berubah sangat cepat seperti ledakan sinar gamma, nova, hingga berbagai peristiwa kosmik lainnya. Melalui teknologi terbaru, para ilmuwan dapat mengamati dinamika semesta secara real-time dan mengungkap misteri yang selama ini belum terpecahkan.
Dengan rencana peluncuran kedua teleskop ini, kompetisi eksplorasi luar angkasa dipastikan semakin seru. Siapakah yang akan lebih dulu membawa temuan revolusioner? Hanya waktu yang bisa menjawab.