Kinerja ITMG pada Semester I-2025 Menurun Akibat Harga Batubara yang Melemah
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) mencatat penurunan kinerja pada semester pertama tahun 2025. Hal ini dipengaruhi oleh turunnya harga rata-rata batubara dan permintaan pasar yang tidak stabil. Meskipun produksi meningkat, pendapatan dan laba bersih perusahaan mengalami penurunan signifikan.
Pada periode tersebut, ITMG berhasil membukukan pendapatan sebesar US$ 919,42 juta, turun 12,40% dibandingkan realisasi pendapatan pada semester I-2024 yang mencapai US$ 1,05 miliar. Laba bersih juga mengalami penurunan sebesar 29,51% menjadi US$ 90,98 juta. Penurunan ini terutama disebabkan oleh penurunan harga jual rata-rata (ASP) batubara sebesar 19% menjadi US$ 78,1 per ton, yang mencerminkan tekanan dari harga acuan seperti Indonesia Coal Index (ICI).
Meski produksi batubara meningkat 12% yoy menjadi 10,4 juta ton, serta volume penjualan naik 8% menjadi 11,7 juta ton, perusahaan tetap menghadapi tantangan dalam menjaga pendapatan. Aktivitas investasi mencatat arus keluar sebesar US$ 45 juta, sementara arus keluar pendanaan meningkat menjadi US$ 183 juta.
Efisiensi dan Diversifikasi sebagai Strategi Perusahaan
Arief Machrus, Analis Ina Sekuritas, menyatakan bahwa ITMG tetap memiliki posisi keuangan yang solid dengan cadangan kas yang kuat. Perusahaan juga terus melakukan diversifikasi ke mineral strategis untuk mengimbangi melemahnya harga batubara. Selain itu, efisiensi operasional telah berkontribusi pada penurunan beban pokok pendapatan sebesar 10% menjadi US$ 695 juta.
Beban operasional (OPEX) mencapai US$ 99,8 juta, dengan biaya penjualan yang turun sebesar US$ 1,9 juta. Namun, beban umum dan administrasi (G&A) meningkat sebesar US$ 4 juta. Pendapatan keuangan meningkat menjadi US$ 20,5 juta, sementara beban lain-lain menurun tajam menjadi US$ 2,5 juta dari US$ 27,2 juta, terutama karena berkurangnya rugi valuta asing.
Dinamika Pasar Batubara yang Terus Berubah
Axell Ebenhaezer, Analis NH Korindo Sekuritas, menyoroti bahwa harga jual rata-rata batubara terus menurun pada kuartal kedua 2025. Hal ini disebabkan oleh dinamika pasar yang terus berubah, sehingga membuat pasar batubara tetap lemah. Produksi batubara domestik yang tinggi, tingkat persediaan yang cukup besar, dan pengembangan energi hijau telah memengaruhi permintaan batubara Tiongkok.
Axell memperkirakan bahwa total volume impor batubara Tiongkok akan turun sebesar 100 juta ton pada tahun fiskal 2025. Surplus pasokan batubara domestik juga membatasi permintaan impor batubara India. Pertumbuhan permintaan dari sektor industri di negara-negara tersebut juga melambat.
Strategi Diversifikasi dan Proyeksi Kinerja
ITMG sedang berupaya melakukan diversifikasi strategis. Perusahaan baru-baru ini mengakuisisi 9,62% saham Adhi Kartiko Pratama Tbk. (NICE), sebuah perusahaan di industri pertambangan nikel. Langkah ini merupakan bagian dari strategi perusahaan untuk mendiversifikasi aliran pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada batubara.
Namun, Axell tidak memperkirakan dampak langsung jangka pendek terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sukarno Alatas, Senior Riset Kiwoom Sekuritas, memproyeksikan kinerja ITMG tahun 2025 akan turun 27,2% yoy akibat harga batubara yang melemah dan stripping ratio yang meningkat. Meski demikian, produksi tetap dijaga di kisaran 21 juta – 23 juta ton, capital expenditure (capex) rendah, dan kas yang kuat.
Dividen dan Potensi Buyback
Sukarno menyebutkan bahwa ITMG konsisten membagikan dividen interim setiap September atau November. Karena September tidak ada, besar kemungkinan November akan ada dividen interim. Dengan potensi dividen sekitar Rp 600/lembar atau yield 2,7%, saham ITMG menarik bagi investor yang mencari arus kas stabil.
Rencana buyback sebesar Rp 2,49 triliun menjadi katalis positif yang menunjukkan valuasi undervalued. Dengan EV/EBITDA 1,9x dan PBV 0,8x, perusahaan menawarkan peluang investasi yang menarik.
Tantangan dan Rekomendasi Analis
Tantangan utama yang perlu dicermati oleh ITMG antara lain fluktuasi harga batubara global, tingginya stripping ratio, serta risiko regulasi dan permintaan ekspor. Secara keseluruhan, ITMG cocok untuk investor yang mencari arus kas dividen stabil, sementara peluang capital gain akan terbuka jika harga batubara kembali menguat.
Axell memproyeksikan pendapatan dan laba bersih ITMG pada tahun 2025 masing-masing sebesar Rp 32,9 triliun dan Rp 4,18 triliun. Arief merekomendasikan netral saham ITMG dengan target harga Rp 24.350 per saham. Axell merekomendasikan hold saham ITMG dengan target harga Rp 23.250 per saham. Sedangkan Sukarno merekomendasikan hold saham ITMG dengan target harga kisaran Rp 23.000 – Rp 24.000 per saham.