Toni Kroos resmi mengakhiri karier sepakbolanya dengan keputusan yang penuh keyakinan. Gelandang asal Jerman ini memilih pensiun setelah musim terakhir yang gemilang bersama Real Madrid, di mana ia berhasil membawa klub meraih gelar juara LaLiga dan Liga Champions.
Keputusan Kroos ini menjadi sorotan karena diambil saat kariernya sedang berada di puncak performa. Ia menegaskan tidak ada penyesalan sedikit pun, justru merasa puas bisa menutup babak kariernya dengan capaian maksimal.
Berpikir Matang Sebelum Memutuskan Pensiun
Kroos mengungkapkan bahwa keputusan pensiun bukanlah hal yang diambil secara tiba-tiba. Ia telah memikirkannya selama beberapa bulan dan mempertimbangkan dengan matang sebelum mengambil langkah besar ini. “Saya tidak bangun tidur lalu tiba-tiba memutuskan untuk pensiun,” katanya seperti dikutip dari Football Espana.
Sebelumnya, Kroos sempat mempertimbangkan pensiun satu tahun lebih awal, namun akhirnya memperpanjang kontrak selama satu tahun lagi karena desakan dari pihak Real Madrid. Meski begitu, niat untuk pensiun tetap menjadi keputusan akhir yang ia pegang teguh.
Pensiun di Puncak, Pilihan Terbaik Kroos
Bagi Kroos, pensiun saat berada di puncak karier adalah pilihan terbaik. Ia ingin menghindari situasi di mana harus berhenti karena penurunan performa atau kehilangan peran di tim. “Saya lebih memilih pergi dengan perasaan baik karena keputusan sendiri, bukan karena harus turun peran atau tidak lagi penting untuk tim,” ujarnya.
Dengan prestasi juara LaLiga dan Liga Champions di musim terakhirnya, Kroos merasa ini adalah cara terbaik untuk menutup perjalanan karier sepakbolanya yang cemerlang. “Saya pergi setelah meraih gelar-gelar besar dan merasa puas dengan apa yang telah saya capai,” tambahnya.
Kroos Tetap Jadi Pilar Penting hingga Akhir
Saat mengakhiri karier, Kroos menegaskan dirinya masih menjadi pemain penting bagi Real Madrid. Ia menolak anggapan bahwa pensiun dilakukan karena sudah tidak mampu bersaing. “Saya masih penting sampai akhir, dan saya ingin menghindari keputusan yang datang dari pelatih, keluarga, atau kondisi fisik yang menentukan kapan saya harus berhenti,” tutupnya.