Publica.id — Harga Bitcoin kembali merosot di bawah level $80.000 untuk pertama kalinya sejak November, menghapus keuntungan yang diperoleh sejak kemenangan Donald Trump dalam pemilu. Penurunan ini dipicu oleh kekhawatiran pasar terhadap rencana tarif impor yang diusulkan oleh Trump.
Pada 28 Februari, harga Bitcoin turun ke kisaran $79.300, mencatatkan penurunan 6% dalam 24 jam terakhir. Pelemahan ini memunculkan kekhawatiran akan koreksi lebih lanjut, terutama karena sebelumnya banyak pedagang memperkirakan level $82.000 sebagai level support potensial.

Kini, ekspektasi pasar beralih pada kemungkinan Bitcoin jatuh ke kisaran $70.000. Penurunan ini juga menyebabkan total likuidasi Bitcoin dalam 12 jam terakhir mencapai $327 juta, dengan posisi long mengalami kerugian terbesar, sebagaimana ditunjukkan oleh data Coinglass.
Ketidakpastian Ekonomi Global Jadi Pemicu
Faktor utama di balik anjloknya Bitcoin adalah ketidakpastian makroekonomi. Usulan tarif impor sebesar 25% yang diajukan Trump terhadap produk dari Kanada, Meksiko, dan Uni Eropa telah menimbulkan kekhawatiran investor. Banyak pihak khawatir bahwa kenaikan harga akibat tarif tersebut dapat memicu inflasi lebih lanjut.
Meskipun beberapa analis berpendapat bahwa kebijakan ini dapat mendorong pertumbuhan manufaktur domestik, sentimen pasar justru bergeser ke arah penghindaran risiko. Modal investasi pun mengalir ke aset-aset safe haven seperti dolar AS dan obligasi pemerintah.
Institusi Tarik Diri, ETF Bitcoin Alami Arus Keluar
Investor institusional juga mulai menarik dana mereka dari pasar Bitcoin. Data SoSoValue menunjukkan bahwa ETF Bitcoin spot di AS mencatat arus keluar bersih sebesar $275 juta pada 27 Februari, dengan total arus keluar selama sepekan terakhir mencapai $2,7 miliar. Angka ini menandakan adanya pembalikan tren dari euforia institusional yang sebelumnya mendorong Bitcoin ke rekor tertingginya di $109.000 pada Januari, tak lama setelah Trump dilantik.
Optimisme Ritel Masih Bertahan, Tapi Waspada Koreksi Lebih Dalam
Meskipun terjadi aksi jual besar-besaran, sentimen optimisme di kalangan pedagang ritel masih terlihat. Data dari Santiment pada 28 Februari menunjukkan lonjakan dalam referensi media sosial terhadap istilah “buy the dip,” yang mengindikasikan kepercayaan bahwa harga Bitcoin masih bisa kembali naik.
Namun, pola historis menunjukkan bahwa optimisme berlebihan selama tren penurunan sering kali mendahului penurunan lebih lanjut. Salah satu pendiri BitMEX, Arthur Hayes, memperingatkan pada 28 Februari bahwa Bitcoin masih dalam tren turun dan terus membentuk level terendah baru. Ia memprediksi harga Bitcoin bisa kembali anjlok di bawah $80.000 selama akhir pekan, dengan kemungkinan menguji kisaran $70.000 hingga $75.000 jika Trump gagal menjalankan rencana anggarannya.
Dengan kondisi pasar saat ini, prospek jangka pendek Bitcoin tetap sangat tidak pasti.