Laurent Mekies kini berada di titik awal sebuah perjalanan baru yang penuh tantangan sebagai penerus Christian Horner di kursi pimpinan Red Bull Racing Formula 1. Setelah pengumuman mengejutkan tentang pengunduran diri Horner, Mekies resmi ditunjuk sebagai CEO kedua dalam sejarah tim yang selama ini dikenal sebagai salah satu kekuatan besar di dunia F1.
Dengan latar belakang pengalaman yang luas mulai dari peran teknis di tim kecil sampai posisi manajerial di Ferrari dan FIA, Mekies membawa bekal yang kaya untuk melanjutkan dan mengembangkan kejayaan Red Bull. Namun, perjalanan ini tidak akan mudah. Ada sederet pekerjaan rumah yang harus segera ia tuntaskan agar Red Bull kembali meraih dominasi di lintasan.
Meyakinkan Max Verstappen untuk Tetap Bertahan
Pemecatan Horner diduga kuat terkait dengan dinamika kekuasaan antara manajemen tim dan pihak pemilik yang berbasis di Austria, yang telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Masa depan jangka panjang sang juara dunia Max Verstappen menjadi taruhan besar dalam pergantian ini.
Mekies harus memastikan bahwa Verstappen tetap percaya dan sejalan dengan visi barunya untuk membawa Red Bull keluar dari masa sulit pasca kepergian Adrian Newey dan beberapa anggota kunci lainnya.
Prioritas utama Mekies adalah membangun kembali kepercayaan dan dukungan penuh dari Verstappen, baik dalam hal strategi teknis maupun pengembangan tim di trek dan pabrik. Keberhasilan jangka panjang Red Bull sangat bergantung pada hubungan yang solid antara pemimpin baru dan sang pembalap bintang.
Mendukung Penuh Yuki Tsunoda
Musim 2025 tampaknya tidak akan membawa perubahan besar bagi performa RB21, dimana Verstappen mampu bersaing di beberapa sirkuit, namun secara keseluruhan masih sulit mengimbangi McLaren. Tantangan juga menanti musim 2026, terutama dalam hal pengembangan unit tenaga Red Bull Powertrains yang harus mampu bersaing dengan pabrikan lain yang sudah mapan.
Di sisi lain, pembalap kedua Yuki Tsunoda perlu mendapatkan dukungan penuh agar kepercayaan dirinya pulih setelah mengalami kesulitan di sepuluh balapan awal musim. Mekies, yang sebelumnya bekerja sama dengan Tsunoda di Racing Bulls, dikenal sebagai pendukung kuat sang pembalap Jepang dan diyakini akan membantu Tsunoda untuk tampil lebih baik.
Meski perubahan besar sulit terjadi tahun ini karena keterbatasan desain RB21, regulasi baru pada 2026 memberikan peluang untuk memperbaiki masalah di kursi pembalap kedua Red Bull.
Membangun Ulang Struktur Teknis Red Bull yang Lebih Kuat
Setelah kehilangan sejumlah sosok kunci seperti Adrian Newey, Rob Marshall, dan Jonathan Wheatley, Red Bull membutuhkan penyegaran di bagian teknis agar bisa kembali bersaing di puncak. Kritikan atas ketidakmampuan mempertahankan para pilar utama sukses mereka sempat diarahkan kepada Horner.
Namun, banyak talenta hebat yang masih bertahan, dan pengalaman dari kebangkitan McLaren menunjukkan bahwa selain merekrut orang baru, memastikan tim yang ada bekerja optimal juga sangat penting. Mekies sudah mulai melakukan restrukturisasi di Racing Bulls dan kemungkinan akan menerapkan hal serupa di Red Bull Racing.
Performa Red Bull sejauh ini belum menjadi alasan untuk perubahan besar, mengingat Verstappen sudah memenangkan dua balapan di 2025. Namun, tantangan untuk bisa bersaing dengan McLaren dan mengatasi masalah teknis yang selama ini menghambat perkembangan mobil menjadi fokus utama mekanik baru ini.
Menjaga Budaya Tim di Tengah Perubahan Besar
Walaupun Horner kalah dalam pertarungan kekuasaan, ia tetap dihormati oleh staf di pabrik Milton Keynes, yang memberikan tepuk tangan hangat saat perpisahan emosionalnya. Mekies memahami betul pentingnya budaya perusahaan di dunia F1 dan telah menerapkan metode kerja yang dekat meskipun fasilitas pabrik tersebar di Italia dan Inggris.
Dengan pengalaman sebelumnya, Mekies siap menghadapi tantangan mengelola tim yang jauh lebih besar serta menjalin hubungan erat dengan mitra mesin Ford yang baru. Pengetahuannya tentang ekosistem Red Bull dan banyak karyawan yang pernah bekerja dengannya di tim satelit memberikan keuntungan besar dalam upayanya membangun kembali kekuatan tim.
Menavigasi Dinamika Politik Formula 1
Dikenal sebagai “klub piranha”, dunia F1 penuh dengan dinamika politik yang kompleks. Mekies harus menghadapi kompetisi sengit dan negosiasi rumit yang sebelumnya banyak dialami Horner, baik dengan rival seperti Toto Wolff dari Mercedes maupun Zak Brown dari McLaren.
Berbeda dengan Horner yang kerap berkonflik, Mekies dikenal sebagai sosok yang tidak memecah belah dan bisa menjalin hubungan baik dengan banyak pihak, termasuk mantan bosnya di Ferrari, Fred Vasseur. Dengan status Red Bull yang saat ini tidak lagi terlalu dominan, Mekies mungkin akan mendapatkan masa adaptasi yang lebih tenang.
Meski demikian, ia harus tetap siap berjuang keras demi kepentingan tim, terutama terkait aturan energi 2026 dan mekanisme pengembangan mesin yang sedang dalam pembahasan.
Kepergian Horner menandai berakhirnya sebuah era panjang di Red Bull. Kini, Mekies memiliki tugas besar untuk meninggalkan jejaknya sendiri dalam perjalanan tim di Formula 1. Dengan pengalaman dan kecerdasan yang dimilikinya, banyak yang optimis bahwa ia adalah pilihan tepat untuk membawa Red Bull ke puncak kejayaan kembali.