Bitcoin semakin mendapat perhatian sebagai aset cadangan nasional, terutama di tengah kekhawatiran inflasi global yang kian meningkat. India kini berada di titik penting untuk mempertimbangkan Bitcoin dalam strategi keuangan nasionalnya. Dengan potensi Bitcoin sebagai penyimpan nilai alternatif, keputusan ini bisa menjadi langkah besar bagi negara dengan ekonomi yang terus berkembang.
Negara-negara seperti Amerika Serikat telah mengambil inisiatif dengan mendirikan cadangan Bitcoin. Dalam situasi ekonomi yang fluktuatif, Bitcoin dipandang sebagai ‘emas digital’, bukan hanya sekadar alat investasi spekulatif, tetapi juga sebagai jaminan stabilitas ekonomi jangka panjang.
Bitcoin sebagai Aset Cadangan Global
Pada Januari 2025, Amerika Serikat membentuk Cadangan Bitcoin Strategis, yang didanai dari aset Bitcoin yang disita dari kegiatan kriminal dan kebangkrutan. Dengan hampir 200.000 BTC dalam kepemilikannya, langkah ini menunjukkan perubahan signifikan dalam kebijakan ekonomi. Negara lain, termasuk El Salvador dan Bhutan, juga telah mulai menggunakan Bitcoin dalam cadangan nasional mereka.
Posisi Unik India dalam Adopsi Bitcoin
- Tujuan Ekonomi: India berambisi mencapai ekonomi senilai $5 triliun pada 2025-2026, didukung oleh sistem perbankan yang kokoh.
- Kekuatan Teknologi: Dengan 87% adopsi fintech, India melampaui rata-rata global dan memiliki lebih dari 650 juta pengguna smartphone.
- Infrastruktur Digital Strategis: Sistem identitas Aadhaar mendukung transaksi non-tunai secara real-time.
- Kekuatan Energi: Fokus pada energi terbarukan mendukung penambangan Bitcoin yang berkelanjutan.
- Dukungan Kebijakan: Meskipun regulasi saat ini belum jelas, sejumlah pemimpin politik menunjukkan minat terhadap cryptocurrency.
Risiko dan Pertimbangan dalam Mengadopsi Bitcoin
Meski Bitcoin menawarkan banyak peluang, India perlu mempertimbangkan sejumlah risiko sebelum menjadikannya sebagai aset strategis:
- Volatilitas: Fluktuasi harga dapat menimbulkan risiko bagi cadangan nasional.
- Regulasi: Kerangka regulasi yang jelas sangat diperlukan untuk menjaga kepercayaan publik.
- Energi dan Teknologi: Penambangan Bitcoin dalam skala besar memerlukan sumber energi yang stabil dan perlindungan siber yang kuat.
- Masalah Lingkungan: Penambangan yang tidak berkelanjutan dapat merusak lingkungan, sehingga evaluasi dampak lingkungan menjadi krusial.
Pelajaran dari Bhutan, El Salvador, dan Bahama
Dalam merumuskan langkah ke depan, India dapat belajar dari pengalaman negara-negara yang sudah lebih dahulu mengadopsi Bitcoin:
- Bhutan: Menggunakan energi hidroelektrik untuk penambangan Bitcoin secara berkelanjutan dan menyimpannya sebagai cadangan.
- El Salvador: Meskipun mengakui Bitcoin sebagai alat pembayaran resmi, adopsi publik yang rendah menunjukkan perlunya infrastruktur dan pendidikan yang lebih baik.
- Bahama: Peluncuran CBDC yang gagal menegaskan bahwa digitalisasi harus memberikan manfaat nyata bagi pengguna.
Dengan belajar dari pengalaman negara-negara ini, India bisa merumuskan pendekatan yang lebih hati-hati dan inovatif, menjadikan digital finance sebagai evolusi terencana dalam arsitektur ekonomi nasionalnya.
Sumber: kriptopedia.id