Setelah sukses menaklukkan Paris dengan gelar juara French Open, Coco Gauff kini mengalihkan fokus ke London demi mengukir prestasi baru: merebut Channel Slam, yakni memenangi Roland Garros dan Wimbledon dalam satu musim. Target ambisius ini akan membawanya sejajar dengan legenda tenis Serena Williams, yang terakhir kali meraih prestasi serupa pada 2015.
Gauff datang ke Wimbledon 2025 dengan semangat membara usai mengalahkan Aryna Sabalenka di final French Open, sekaligus mengoleksi gelar Grand Slam keduanya. Namun, ia sadar betul bahwa perjalanannya menuju sejarah tak akan mulus. Hanya 12 hari usai euforia kemenangan di clay court Roland Garros, Gauff harus cepat beradaptasi dengan rumput Wimbledon yang terkenal lebih cepat dan menuntut gaya bermain berbeda.
“Transisinya sangat singkat. Setelah kemenangan besar, saya harus segera kembali berlatih dan fokus ke turnamen berikutnya,” ujarnya.
Gauff sempat menjajal satu laga pemanasan di lapangan rumput, meski akhirnya dikalahkan Xinyu Wang dalam dua set. Bagi Gauff, hasil tersebut menjadi pelajaran penting dalam menyesuaikan strategi bermain.
“Rumput sangat berbeda dengan clay. Bola harus dijaga tetap rendah, dan permainan jadi lebih agresif dan cepat. Saya hanya punya 13 hari untuk beradaptasi, itu bukan waktu lama untuk mengubah pola main,” jelasnya.
Meski begitu, Gauff menegaskan target utamanya tetap memburu gelar juara, dengan mengambil setiap langkah secara bertahap. “Saya sangat ingin menang di sini. Tapi saya percaya, semua harus dilalui satu per satu,” tambahnya.
Wimbledon: Tempat Mimpi Dimulai
Enam tahun lalu, dunia tenis dibuat terkesima oleh penampilan Gauff yang saat itu masih berusia 15 tahun. Ia mengalahkan Venus Williams di babak pertama Wimbledon 2019, sebuah momen yang disebutnya sebagai awal keyakinan bahwa mimpinya bisa jadi nyata.
Namun, perjalanan menuju puncak penuh tantangan. Gauff mengakui sempat kehilangan kepercayaan diri di masa transisinya dari remaja sensasional menjadi atlet profesional elite. “Antara usia 15 sampai 19, saya pernah kehilangan rasa percaya diri. Namun, kemenangan di US Open 2023 membuat saya kembali menemukan keyakinan itu,” tuturnya.
Kini, dengan pengalaman dan mental yang semakin matang, Gauff kembali ke Wimbledon sebagai unggulan kedua dan salah satu favorit juara.
Misi Tembus Batas dan Rebut Gelar
Selama tiga edisi terakhir Wimbledon, langkah Gauff selalu terhenti di babak keempat. Tahun ini, harapannya jelas: menembus babak tersebut dan melaju hingga babak-babak akhir.
“Saya selalu terhenti di babak keempat. Tahun ini, target utama saya adalah melewati batas itu. Setelahnya, baru saya pikirkan peluang juara,” papar Gauff.
Langkah awal Gauff akan dimulai pada Selasa (1 Juli) melawan petenis Ukraina, Dayana Yastremska. Laga ini diprediksi berlangsung ketat, namun Gauff dinilai siap mengandalkan pengalaman dan mental juaranya yang sudah terasah dalam dua tahun terakhir.
Di tengah pergeseran generasi tenis putri Amerika, Coco Gauff kini menjadi tumpuan utama publik AS untuk kembali berjaya di Wimbledon. Sejak Serena Williams menjuarai Wimbledon 2016, belum ada lagi petenis putri Amerika yang mampu mengangkat trofi di All England Club.
Selain Gauff, Madison Keys—jawara Australian Open 2025—juga jadi unggulan. Namun, perhatian pecinta tenis dunia tetap tertuju pada Coco Gauff, yang sudah membuktikan diri sebagai salah satu bintang terbesar olahraga ini saat ini.
Baca Juga: Daftar 6 Petenis Putri Favorit Juara Wimbledon 2025