Harga Solana (SOL) mengalami tekanan signifikan setelah gagal mempertahankan level resistance US$160. Saat ini, harga SOL berada di bawah US$150 atau sekitar Rp2.454.150 (kurs Rp16.361), mencerminkan tren bearish jangka pendek. Meski demikian, optimisme investor tetap tinggi menyusul kabar bahwa peluang persetujuan ETF Solana oleh SEC diprediksi mencapai 91%.
Pergerakan harga SOL menurun tajam dari US$160 (Rp2.617.760), menembus support teknikal penting di US$155 (Rp2.535.955) dan US$150 (Rp2.454.150). Penurunan ini juga melanggar garis tren naik dan membuat harga SOL diperdagangkan di bawah rata-rata pergerakan 100-jam.
Solana sempat mencapai titik terendah di US$145 (Rp2.371.345) sebelum akhirnya memasuki fase konsolidasi. Level resistance awal kini berada di US$150, dengan resistensi selanjutnya di US$152 (Rp2.487.922). Jika harga mampu menembus US$155, maka ada peluang menuju US$160 hingga US$165 (Rp2.700.165).

Namun, bila gagal melewati resistance US$152, SOL berisiko melanjutkan pelemahan ke bawah support US$145 dan bahkan US$142 (Rp2.326.362). Jika jebol, penurunan dapat berlanjut hingga US$130 (Rp2.126.930) atau US$125 (Rp2.045.125).
Beberapa indikator teknikal utama masih menunjukkan tekanan jual:
- MACD menunjukkan momentum bearish yang meningkat.
- RSI berada di bawah level 50, menandakan dominasi tekanan jual.
Situasi ini memperkuat potensi penurunan harga lebih lanjut dalam waktu dekat apabila tidak ada katalis positif yang kuat.
Optimisme Datang dari ETF Solana
Meski harga masih tertekan, kabar baik datang dari perkembangan regulasi. ETF Solana yang diajukan oleh VanEck kini telah tercatat dalam daftar pre-launch di situs resmi DTCC dengan kode ticker VSOL. Meski belum bisa diperdagangkan, langkah ini menandakan kemajuan signifikan menuju potensi persetujuan SEC.
Dua analis Bloomberg, James Seyffart dan Eric Balchunas, memprediksi peluang persetujuan ETF Solana mencapai 91%. Ini sejalan dengan data pasar dari Polymarket yang menunjukkan ekspektasi tinggi dari pelaku pasar terhadap ETF kripto ini.
VanEck bukan satu-satunya pihak yang ingin meluncurkan ETF Solana. Nama-nama besar seperti Bitwise, CoinShares, hingga Franklin Templeton juga turut mengajukan proposal serupa. Beberapa di antaranya bahkan menyertakan fitur staking, yang menambah nilai jual produk mereka di mata investor institusional.
Selain itu, pengumuman CME Group soal rencana peluncuran kontrak berjangka Solana juga memperkuat fondasi kepercayaan pasar. CME dikenal sebagai platform derivatif yang diawasi ketat, sehingga langkah ini membantu menjawab kekhawatiran regulator terhadap infrastruktur pasar kripto.
ETF Bisa Jadi Katalis, Tapi Bukan Jaminan
Pencatatan ETF di DTCC merupakan sinyal penting, namun bukan jaminan pasti bahwa SEC akan menyetujui peluncurannya. Status “active and pre-launch” menandakan ETF masih dalam tahap evaluasi dan belum bisa ditransaksikan.
Namun begitu, keterlibatan aktif SEC dalam proses revisi dokumen S-1 para emiten ETF menunjukkan bahwa regulator sedang membuka diri terhadap kemungkinan peluncuran produk kripto baru di pasar tradisional.
Solana saat ini berada di zona teknikal krusial. Jika harga mampu bertahan di atas US$145 dan menembus resistance US$152, momentum naik bisa terbentuk kembali. Sebaliknya, jika support jebol, penurunan ke bawah US$130 akan menjadi skenario berikutnya.
Terlepas dari tekanan harga, prospek jangka panjang Solana tetap positif berkat perkembangan ETF. Apabila disetujui, ETF bisa menjadi katalis besar yang menarik aliran modal institusional ke dalam ekosistem Solana.
Sumber: tradingview.com
Artikel ini bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan mengandung risiko, dan pembaca diharapkan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan.