Emma Raducanu, petenis muda Inggris yang tengah naik daun, mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap sistem electronic line calling yang digunakan di Wimbledon tahun ini. Dalam pertandingan sengit melawan petenis nomor satu dunia, Aryna Sabalenka, Raducanu merasa ada beberapa keputusan “dodgy” atau meragukan yang sangat memengaruhi jalannya pertandingan.
Persoalan muncul terutama saat sebuah pukulan dari Sabalenka dinyatakan menyentuh garis meski menurut Raducanu seharusnya keluar. Kejadian ini terjadi saat set pertama yang berlangsung ketat dan berakhir dengan skor 7-6 (8-6), 6-4 untuk kemenangan Sabalenka.
Setelah pertandingan, Raducanu dengan tegas menyatakan, “Panggilan itu jelas keluar,” ia mengungkapkan kekecewaannya terhadap beberapa keputusan yang menurutnya tidak akurat. “Memang mengecewakan jika panggilan bisa salah seperti itu, walaupun sebagian besar memang sudah cukup baik. Saya juga mengalami beberapa kesalahan di pertandingan lain. Semoga masalah ini bisa diperbaiki.”
Wimbledon pada tahun ini menggantikan wasit garis dengan teknologi elektronik, yang juga diterapkan di turnamen besar lain seperti US Open dan Australian Open. Namun, saat ditanya apakah ia percaya pada keputusan teknologi tersebut, Raducanu menjawab, “Tidak, saya tidak percaya pada panggilan garis itu – saya yakin pemain lain juga merasakan hal yang sama. Ada beberapa keputusan yang cukup meragukan, tapi mau bagaimana lagi?”
Pemain Lain Juga Menyuarakan Keraguan
Raducanu bukan satu-satunya pemain yang mengkritik sistem ini. Jack Draper, petenis nomor satu Inggris putra, menyatakan ketidakpercayaannya setelah kalah di putaran kedua dari Marin Cilic. “Menurut saya, sistem ini tidak 100% akurat, jujur saja. Beberapa panggilan hari ini menunjukkan tanda di lapangan, padahal seharusnya tidak ada bekas kapur.”
Tidak hanya soal akurasi, para pemain juga mengeluhkan suara panggilan yang terlalu pelan. Raducanu menyebutkan bahwa selama pertandingan di Centre Court dengan atap tertutup dan sorakan penonton yang keras, ia sulit mendengar panggilan dari sistem elektronik. “Beberapa panggilan terdengar pelan atau tertutupi oleh keramaian, tapi secara umum kita bisa menebak bola masuk atau keluar dan berharap Hawk-Eye memberikan keputusan yang sama.”
Sabalenka pun setuju, menambahkan bahwa keraguan juga muncul karena suara panggilan yang tidak jelas, sehingga penonton dan pemain harus menunggu papan skor untuk memastikan keputusan.
Sebelumnya, saat wasit garis manusia masih digunakan, pemain bisa mengajukan tantangan dan melihat tayangan ulang di layar besar. Kini, meski terdapat tayangan ulang untuk keputusan yang ketat, keputusan tersebut tidak bisa diganggu gugat.
Raducanu menilai bahwa sistem Hawk-Eye lebih akurat pada masa ketika wasit garis masih bertugas dan pemain bisa mengajukan tantangan. Ia juga menyesalkan hilangnya tradisi kehadiran wasit garis yang selama ini menjadi bagian khas Wimbledon.
Respon Wimbledon Terhadap Kritik
Wimbledon saat memperkenalkan teknologi ini menyatakan bahwa sistem tersebut sudah cukup kuat dan tepat waktu untuk meningkatkan akurasi dalam wasit pertandingan. Michelle Dite, direktur operasional Wimbledon, mengatakan bahwa timnya terus berupaya mengoptimalkan suara panggilan agar tidak terlalu keras sehingga tidak mengganggu pertandingan di lapangan lain, sambil tetap menerima masukan dari pemain.
Namun, hingga kini Wimbledon belum memberikan komentar khusus terkait keraguan pemain terhadap akurasi sistem tersebut.
Teknologi electronic line calling di Wimbledon memang membawa perubahan signifikan dalam cara pertandingan tenis diwasitkan. Namun, kritik dari para pemain top seperti Emma Raducanu dan Jack Draper menunjukkan bahwa masih ada tantangan yang harus diselesaikan, baik dari sisi akurasi maupun kenyamanan pendengaran. Wimbledon tampaknya harus terus menyempurnakan sistem ini agar tetap menjaga kepercayaan para pemain dan penonton serta mempertahankan tradisi olahraga yang telah lama melekat.