Pada tahun lalu, Amanda Anisimova harus menelan pil pahit gagal lolos kualifikasi Wimbledon dan memilih mengalihkan pikirannya dari turnamen bergengsi tersebut. Namun, satu tahun berselang, petenis Amerika berusia 23 tahun ini berhasil mencapai final Grand Slam pertamanya di Wimbledon 2025.
Dalam laga semifinal yang menegangkan, Anisimova mengejutkan dunia dengan mengalahkan petenis nomor satu dunia, Aryna Sabalenka, lewat pertandingan tiga set dengan skor 6-4, 4-6, 6-4. Kemenangan ini membuka jalan bagi Anisimova untuk berhadapan dengan Iga Swiatek dari Polandia di final, menandai pencapaian besar setelah melewati masa-masa sulit demi menjaga kesehatan mentalnya.
Perjalanan Menakjubkan dari Kegagalan ke Puncak
Tahun lalu, Anisimova yang saat itu berada di peringkat 191 dunia gagal menembus babak utama Wimbledon setelah kalah di babak ketiga kualifikasi. Saat itu, ia memilih menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman-teman untuk mengalihkan perhatian dari tekanan turnamen besar.
“Jujur saja, jika seseorang bilang saya akan berada di final Wimbledon, saya pasti tidak percaya, apalagi secepat ini,” ujar Anisimova. “Perubahan dalam setahun terasa luar biasa dan berada di final adalah perasaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.”
Didukung oleh kehadiran keluarga dan sahabatnya, termasuk adik perempuannya Maria dan keponakannya Jaxson yang tengah merayakan ulang tahun keempat, Anisimova menunjukkan performa mengesankan yang mengingatkan pada penampilan cemerlangnya saat remaja.
Sejak usia muda, Anisimova sudah menunjukkan potensi besar. Pada usia 15 tahun, ia sempat menduduki peringkat kedua dunia junior dan memenangkan gelar US Open kategori junior pada 2017. Tahun 2019 menjadi titik balik dengan raihan gelar WTA pertamanya, menjadikannya juara termuda sejak Serena Williams dua dekade lalu. Selain itu, ia mencapai semifinal French Open dengan mengalahkan nama-nama besar seperti Simona Halep dan Sabalenka.
Namun perjalanan kariernya sempat terhenti akibat kematian mendadak ayah dan pelatihnya, Konstantin, sebelum US Open 2019. Setelah itu, Anisimova berjuang dengan kondisi mentalnya dan baru kembali menunjukkan performa terbaiknya pada Wimbledon 2022 dengan lolos ke perempat final.
“Banyak yang meragukan saya bisa kembali ke puncak setelah mengambil jeda panjang,” katanya. “Tapi saya ingin membuktikan bahwa dengan memprioritaskan diri sendiri, kita bisa kembali lebih kuat.” Hasil gemilang di Wimbledon 2025 ini pun membawa Anisimova naik ke peringkat 10 besar dunia untuk pertama kalinya dalam kariernya.
Keunikan dan Masa Depan Cerah
Anisimova menjadi satu dari dua pemain pada era terbuka yang berhasil mencapai final Grand Slam setelah gagal lolos kualifikasi pada tahun sebelumnya. Pemain lain yang memiliki prestasi serupa adalah Bianca Andreescu, pemenang US Open 2019.
Dikenal dengan pukulan backhand yang kuat dan kemampuan mengembalikan bola yang luar biasa, Anisimova juga dikenal sebagai sosok yang kreatif di luar lapangan. Selain tenis, ia gemar melukis dan pernah menjual karya seni untuk mendukung kampanye kesehatan mental.
“Saya biasanya melukis abstrak, jadi sulit membayangkan lukisan tentang perjalanan Wimbledon saya, tapi mungkin banyak warna hijau dan putih,” ujarnya dengan senyum.
Minggu ini, Anisimova akan menentukan apakah warna emas akan turut menghiasi karya seni tersebut setelah pertandingan final melawan Iga Swiatek. Perjalanan inspiratifnya membuktikan bahwa kegagalan bukan akhir, melainkan awal dari sebuah kesuksesan yang lebih gemilang.