Francesco Bagnaia, pembalap andalan Ducati Lenovo, baru-baru ini mengungkapkan alasan di balik permintaan maafnya kepada tim Ducati. Momen ini menjadi sorotan jelang seri ke-11 MotoGP Jerman 2025, di mana Bagnaia menyadari bahwa pendekatan dan pola pikirnya selama ini perlu diperbaiki demi mendapatkan hasil terbaik.
Hubungan antara Bagnaia dan Ducati pada musim ini memang tidak semulus musim-musim sebelumnya. Performanya yang kurang maksimal membuat ketegangan tersirat, terutama karena Bagnaia mengeluhkan hilangnya sensasi optimal di bagian depan motor. Sementara itu, pihak Ducati menilai sang pembalap kurang berusaha maksimal dalam mengatasi kendala tersebut.
Permintaan Maaf dan Perubahan Sikap
Manajer tim Ducati, Davide Tardozzi, sempat menegaskan pentingnya Bagnaia untuk mengendalikan masalah ketimbang terus mengeluh. “Pecco harus berpikir sebagai seorang juara dan mengontrol masalahnya,” kata Tardozzi kepada TNT Sports saat GP Qatar pada April lalu. “Motor kami memiliki keunggulan besar, jadi manfaatkanlah itu.”
Jelang GP Belanda pada akhir Juni, Bagnaia menunjukkan sikap berbeda dengan meminta maaf kepada tim dalam rapat internal. Ia mengakui kurang optimal dalam berusaha sesuai arahan tim, termasuk minim melakukan putaran dan uji coba yang berdampak pada performanya.
“Sampai seri Assen kemarin, ada situasi di mana saya tidak berusaha keras sesuai instruksi tim,” ujar Bagnaia kepada GPone.com. “Jumlah putaran saya sedikit dan saya tidak banyak melakukan uji coba, yang tentu saja tidak menguntungkan.”
Belajar dari Marc Marquez
Bagnaia dikenal sebagai pembalap yang perfeksionis, membutuhkan motor dalam kondisi prima untuk tampil maksimal. Ini berbeda dengan rekan setimnya, Marc Marquez, yang menurut Bagnaia bisa tetap kuat meskipun harus membalap dengan motor yang tak ideal sekalipun.
Marquez menunjukkan perkembangan pesat sejak tes pramusim dengan ritme balap tinggi, memungkinkan dia untuk lebih awal mencoba berbagai pembaruan motor. Sementara Bagnaia cenderung berhati-hati karena takut mengganggu keseimbangan motor.
Selama akhir pekan balap, Marquez mampu menunjukkan performa tinggi sejak sesi latihan bebas pertama, sedangkan Bagnaia masih berjuang dan biasanya baru tampil maksimal pada hari Minggu. Mantan pembalap Neil Hodgson menyoroti keunggulan ini dengan menyatakan bahwa data yang diperoleh Marquez jauh lebih berkualitas dibanding Bagnaia.
“Setelah sembilan lap pertama, Marc mendapatkan lima lap dengan data yang sangat berguna, sedangkan Bagnaia tidak sama sekali,” kata Hodgson seperti dikutip TNT Sports.
Mengubah Pola Pikir Demi Hasil Maksimal
Bagnaia akhirnya menyadari pentingnya mengubah pola pikir agar tetap bisa tampil maksimal meski tidak mendapatkan feeling sempurna pada motor. Ia mencontoh semangat Marquez yang selalu menyelesaikan balapan, bahkan setelah terjatuh, kecuali jika motor rusak parah.
“Lebih baik terus berkendara meski merasa tidak nyaman dengan motor, agar bisa mengumpulkan data dan membantu tim,” kata Bagnaia. “Jika mereka meminta saya melakukan lima lap tapi saya hanya melakukan dua, tentu tidak ada manfaatnya.”
“Kami akan berusaha bekerja bersama dalam sebuah tujuan yang menguntungkan semua pihak. Saya bisa langsung merasakan apakah perubahan yang dilakukan berdampak positif, tapi tim juga membutuhkan data yang lengkap.”
Dengan sikap baru ini, Bagnaia berharap dapat memperbaiki performanya dan membawa Ducati kembali ke jalur kemenangan di sisa musim MotoGP 2025.