Dalam dunia tenis, prestasi di Wimbledon tidak hanya membawa kebanggaan, tapi juga pendapatan yang luar biasa. Carlos Alcaraz, bintang muda asal Spanyol, telah membuktikan hal itu dengan pendapatan dari Wimbledon yang bahkan melebihi total penghasilan karier seorang quarter-finalis turnamen ini.
Alcaraz yang kini berusia 22 tahun, telah menorehkan sejarah di All England Club. Setelah dua kali tampil dengan hasil terbaik di babak kedua dan keempat, ia sukses menjuarai dua edisi terakhir Wimbledon dengan mengalahkan Novak Djokovic di final. Keberhasilan ini bukan hanya mengukuhkan namanya di kancah tenis dunia, tapi juga melambungkan pendapatannya secara signifikan.
Salah satu kisah menarik di Wimbledon 2025 datang dari Flavio Cobolli, petenis muda asal Italia yang berstatus unggulan ke-22. Ia berhasil menembus babak perempat final, sebuah pencapaian yang mengesankan bagi pemain yang sebelumnya belum terlalu dikenal di ajang Grand Slam.
Sebelum Wimbledon 2025 dimulai, pendapatan karier Cobolli tercatat hanya sekitar £2,9 juta, atau sekitar $3,7 juta USD dan setara dengan Rp60 miliar. Namun, berkat pencapaiannya hingga perempat final, ia dipastikan menerima tambahan minimal £400.000 (sekitar Rp8,3 miliar), yang tentu menjadi lompatan besar dalam karier dan finansialnya.
Sementara itu, Carlos Alcaraz, yang sebelumnya sudah mengantongi lebih dari £5,3 juta (sekitar Rp110 miliar) hanya dari turnamen Wimbledon dalam kariernya, kembali memperbesar total itu. Sebagai semifinalis tahun ini, Alcaraz dijamin memperoleh setidaknya £775.000 atau sekitar Rp16,1 miliar, membuat total penghasilannya di Wimbledon melewati angka £6 juta (sekitar Rp124 miliar).
Tak kalah menarik, juara Wimbledon 2025 akan membawa pulang hadiah uang sebesar £3 juta — rekor baru yang meningkat dari £2,7 juta pada tahun 2024. Angka itu setara dengan sekitar $3,84 juta USD atau lebih dari Rp62 miliar.
Cobolli pun menunjukkan semangat tinggi dengan menyingkirkan mantan finalis Marin Cilic di babak keempat melalui pertandingan sengit dengan skor 6-4, 6-4, 6-7 (4), 7-6 (3). Kini, ia bersiap menghadapi idolanya, Novak Djokovic, yang sudah tujuh kali menjuarai Wimbledon.
“Saya akan bermain di salah satu panggung terbesar di dunia, ini adalah lapangan terbaik,” ujar Cobolli. “Saya belum tahu apa yang akan saya lakukan sebelum pertandingan karena dia adalah idola terbesar saya. Saya ingin menikmati pertandingan, merasakan dukungan penonton, dan bersenang-senang di setiap poin yang saya mainkan melawannya.”
Menariknya, Cobolli sempat menekuni sepak bola sejak usia muda dan pernah lima tahun berada di akademi muda klub Roma sebagai bek kanan. Namun pada usia 14 tahun, ia memilih untuk fokus berkarier di tenis. Meski demikian, ia tetap setia mendukung klub asal kota kelahirannya dan kerap menonton pertandingan saat jadwalnya memungkinkan.
Persahabatan Cobolli dengan para pesepakbola juga erat, termasuk dengan Riccardo Calafiori dari Arsenal dan Edoardo Bove dari Fiorentina. Cobolli bahkan hadir saat Bove mengalami insiden pingsan di lapangan saat pertandingan Serie A tahun lalu, sebuah momen yang sangat menyentuh bagi dirinya. Kejutan datang ketika Bove hadir mendukung Cobolli di final Hamburg Open tahun ini, di mana Cobolli berhasil merebut gelar setelah mengalahkan Andrey Rublev.