Penampilan Iga Swiatek di Wimbledon 2025 mengejutkan banyak penggemar tenis dunia. Setelah dikenal sebagai ‘Ratu Lapangan Tanah Liat’ dengan empat gelar French Open dalam lima tahun terakhir, Swiatek berhasil menembus final Wimbledon yang identik dengan lapangan rumput, sebuah permukaan yang selama ini dianggap bukan keahliannya.
Kejutan ini semakin menarik mengingat sebelumnya Swiatek hanya pernah melangkah sampai babak perempat final di Wimbledon tahun lalu dan sempat mengalami penurunan performa hingga turun ke peringkat delapan dunia. Lantas, apa yang membuat petenis asal Polandia ini mampu bertransformasi dan tampil gemilang di Wimbledon musim ini?
Swiatek, 24 tahun, sempat mengalami masa sulit sepanjang tahun ini setelah kemenangan French Open 2024. Ia tidak mampu mencapai final selama satu tahun penuh, bahkan sempat tersingkir di babak kualifikasi Wimbledon tahun lalu. Selain itu, ia juga menghadapi ujian mental dan fisik, termasuk kegagalan di semifinal Olimpiade Paris dan isu doping yang menyebabkan larangan bermain selama satu bulan karena kontaminasi obat jantung trimetazidine.
Namun, meski dihadapkan pada tekanan besar, Swiatek mulai menemukan ritme dan ketenangan baru. Mantan petenis top dunia peringkat sembilan, Andrea Petkovic, mengamati adanya “kesegaran baru” ketika Swiatek tampil di turnamen lapangan rumput Bad Homburg awal tahun ini.
Strategi Latihan dan Adaptasi di Lapangan Rumput
Perbedaan utama pada Wimbledon 2025 adalah persiapan khusus yang dilakukan Swiatek. Setelah kalah di semifinal Roland Garros, ia menghabiskan waktu seminggu di Mallorca berlatih pada permukaan rumput, yang ternyata meningkatkan kemampuannya secara signifikan. Meski kalah di final WTA 500 Bad Homburg dari Jessica Pegula, performanya menunjukkan peningkatan yang jelas.
Swiatek mengungkapkan bahwa fokus latihan difokuskan pada pergerakan dan teknik menghentikan langkah sebelum memukul bola. Selain itu, ia juga memperkuat kecepatan tangan agar tetap lincah menghadapi bola yang cepat di rumput.
Peran Pelatih Baru dan Penyesuaian Teknik
Perubahan pelatih dari Tomasz Wiktorowski ke Wim Fissette pada akhir tahun lalu juga menjadi faktor penting dalam transformasi Swiatek. Pelatih asal Belgia ini menitikberatkan pada peningkatan servis, yang kini membuat Swiatek memenangkan 78% poin dari servis pertamanya di Wimbledon, angka tertinggi kedua di tunggal putri.
Menurut Petkovic, perubahan ini memerlukan waktu untuk beradaptasi. Namun, kini Swiatek menunjukkan kesabaran lebih dan belajar memaafkan kesalahan kecil saat bermain di rumput.
Lapangan rumput Wimbledon dikenal dengan pantulan bola yang rendah dan cepat, yang sebelumnya menyulitkan Swiatek dalam mengandalkan forehand topspin-nya. Namun, kondisi cuaca yang lebih hangat tahun ini membuat lapangan menjadi lebih keras dan bola lebih mudah diangkat saat kontak, memberi keuntungan bagi gaya bermain Swiatek.
Agnieszka Radwanska, finalis Wimbledon 2012, menambahkan bahwa lapangan rumput kini semakin lambat dan memerlukan kesabaran lebih dalam memenangkan reli. Kondisi ini justru menguntungkan pemain yang biasa menguasai lapangan tanah liat seperti Swiatek, karena mereka memiliki waktu lebih untuk mengatur pukulan selama pertandingan.
Dengan segala perubahan dan persiapan matang, Swiatek kini membuktikan bahwa ia bisa berkompetisi dan bersinar di berbagai permukaan lapangan, termasuk rumput yang sebelumnya dianggap sebagai titik lemah. Penampilan gemilangnya di final Wimbledon 2025 membuka babak baru dalam karier sang petenis muda ini dan menantang prediksi para ahli tenis.