BlackRock, perusahaan manajemen aset terbesar di dunia dengan total aset kelolaan lebih dari $10 triliun, kembali membuat gebrakan di pasar kripto.
Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat ini dilaporkan telah membeli Ethereum (ETH) dalam jumlah besar senilai lebih dari $50 juta atau setara dengan sekitar Rp813 miliar (kurs Rp16.270), menandai perubahan penting dalam strategi investasi mereka terhadap aset digital.
Langkah BlackRock ini disebut sebagai sinyal kuat bahwa lembaga keuangan besar mulai melihat aset kripto, khususnya Ethereum, sebagai instrumen investasi jangka panjang yang layak dimasukkan ke dalam portofolio institusional.
Menurut laporan dari Arkham dan berbagai sumber blockchain intelligence, pembelian Ethereum oleh BlackRock dilakukan melalui Coinbase Prime, sebuah platform perdagangan kripto khusus institusi.
Dari data on-chain, tercatat BlackRock menambah kepemilikan Ethereum mereka dari 9.000 ETH menjadi lebih dari 58.000 ETH, dengan nilai transaksi berkisar antara $23 juta hingga $61 juta atau Rp374 miliar hingga Rp993 miliar.
Pembelian besar ini juga terjadi di tengah meningkatnya arus masuk Ethereum ke bursa kripto. Berdasarkan data CryptoQuant, arus masuk Ethereum ke bursa melonjak dari sekitar 200.000 ETH pada 27 Mei menjadi lebih dari 1,3 juta ETH pada 1 Juni.

Namun menariknya, meskipun terjadi lonjakan volume, harga Ethereum tetap stabil di kisaran $2.580 hingga $2.650 (Rp41,9 juta hingga Rp43,1 juta) per ETH. Stabilitas ini dinilai sebagai tanda bahwa pasar mulai memasuki fase yang lebih dewasa dan terstruktur.
Blackrock Juga Rilis ETF Ethereum
Selain pembelian langsung Ethereum, BlackRock juga memperkuat posisinya melalui produk investasi yang lebih terstruktur.
Salah satunya adalah peluncuran iShares Ethereum Trust (ETHA), yakni Exchange-Traded Fund (ETF) berbasis spot Ethereum. ETF ini sudah mencatatkan nilai aset bersih lebih dari $3,5 miliar atau setara dengan Rp56,9 triliun, menjadikannya salah satu ETF Ethereum terbesar di dunia.
ETF semacam ini memberi kemudahan bagi investor tradisional untuk mengakses eksposur terhadap Ethereum tanpa harus langsung menyimpan atau mengelola aset digital tersebut.
Kehadiran produk ini sekaligus membuktikan meningkatnya permintaan terhadap instrumen investasi kripto yang teregulasi.
Peralihan Strategi Investasi dari Bitcoin ke Ethereum
Langkah BlackRock berinvestasi besar-besaran di Ethereum juga diikuti oleh pengurangan eksposur terhadap Bitcoin.
Dalam rentang waktu 30 Mei hingga 2 Juni, BlackRock dikabarkan menarik 5.362 BTC dari Coinbase Prime. Berdasarkan data ETF, penarikan tersebut senilai $561 juta atau sekitar Rp9,1 triliun.
Sebagai gantinya, BlackRock membeli sekitar 27.241 ETH senilai $69,25 juta atau setara dengan Rp1,12 triliun. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan mulai melakukan rebalancing portofolio kripto, berpindah dari Bitcoin ke Ethereum seiring dengan meningkatnya sentimen dan potensi pertumbuhan ekosistem Ethereum.
Tak hanya BlackRock, institusi besar lain seperti Fidelity juga ikut mencatatkan arus masuk signifikan ke ETF Ethereum mereka.
Pada 2 Juni saja, ETF Ethereum dari Fidelity menerima $29,78 juta (Rp484 miliar), sementara BlackRock menyumbang $48,4 juta (Rp788 miliar) di hari yang sama. Total arus masuk ETF Ethereum pada hari itu mencapai lebih dari $78 juta atau sekitar Rp1,27 triliun.
Implikasi Pada Pasar Kripto dan Keuangan Tradisional
Langkah strategis BlackRock ini dinilai sebagai titik balik penting dalam hubungan antara keuangan tradisional dan industri kripto. Selama ini, banyak institusi keuangan bersikap hati-hati terhadap aset kripto karena volatilitas dan ketidakpastian regulasi.
Namun, dengan semakin matangnya infrastruktur, peningkatan transparansi, serta adanya produk investasi seperti ETF, kepercayaan institusi terhadap kripto perlahan tumbuh.
Meski nilai investasi BlackRock di Ethereum masih kecil dibandingkan total aset kelolaan mereka, namun secara simbolis, langkah ini menandai pengakuan resmi atas Ethereum sebagai aset digital yang layak untuk investasi jangka panjang. Ini bisa menjadi sinyal bagi institusi lain untuk ikut masuk ke pasar kripto secara lebih serius.
Dengan pembelian Ethereum senilai lebih dari Rp800 miliar, disertai peluncuran ETF yang agresif dan pengurangan kepemilikan Bitcoin, BlackRock menunjukkan bahwa pasar kripto bukan lagi hanya wilayah spekulatif milik investor ritel. Aset digital seperti Ethereum kini mulai masuk ke dalam peta strategi manajemen aset global.
Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin dalam beberapa tahun ke depan, aset-aset kripto akan menjadi bagian integral dari portofolio keuangan institusional, berdampingan dengan saham, obligasi, dan emas.
Artikel ini bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan mengandung risiko, dan pembaca diharapkan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan.