Crypto

Harga XRP Masih Konsolidasi, Menuju Reli Besar atau Koreksi Harga Lanjutan?

Harga XRP tengah berada dalam posisi yang membingungkan investor global. Dua laporan pasar terbaru dari TradingView.com dan Tron Weekly mengungkapkan sinyal yang bertentangan, di satu sisi ada potensi reli besar hingga menyentuh angka $55 (sekitar Rp894 juta), namun di sisi lain volume perdagangan yang lesu dan tekanan jual dapat menyeret XRP di bawah level $2 (Rp32.516).

TradingView.com melaporkan XRP sempat mencatatkan empat penutupan harian hijau berturut-turut sejak akhir Mei hingga awal Juni. Biasanya, ini menjadi sinyal bullish. Namun, anomali muncul karena tidak ada lonjakan volume yang mengiringi kenaikan harga tersebut.

Analis kripto Master Ananda menyebut, “Volume yang rendah saat harga naik justru menunjukkan lemahnya momentum beli.” Akibatnya, pada hari kelima di bulan Juni, XRP kembali ditutup di zona merah, mematahkan tren positif sebelumnya.

Saat ini, XRP menghadapi resistensi penting di level Fibonacci 0.382 pada harga $2.2959 atau setara Rp37.351. Jika tak mampu menembus level ini dengan volume yang signifikan, harga berpotensi jatuh ke zona Fibonacci 0.236, yang berarti XRP bisa anjlok ke bawah $2 (Rp32.516).

Prediksi Breakout Besar ala 2017

Berlawanan dengan tren negatif tersebut, laporan dari Tron Weekly justru menyoroti potensi reli eksplosif pada XRP. Analis yang diidentifikasi sebagai @egragcrypto menyebutkan bahwa indikator teknikal bulanan XRP saat ini mencerminkan pola yang sangat mirip dengan awal reli besar pada tahun 2017.

Kala itu, XRP meroket dari $0.0055 ke $3.84 hanya dalam kurun waktu kurang dari setahun—kenaikan sebesar 69.276%. Jika pola tersebut berulang, XRP disebut berpotensi naik ke kisaran $10.7 (Rp174.955), $18 (Rp292.644), $27 (Rp438.966), bahkan lebih dari $55 (Rp894.190).

Namun, agar skenario ini terjadi, XRP harus menembus resistensi teknikal di $2.1750 dan $2.25 (masing-masing Rp35.351 dan Rp36.580) sebelum melanjutkan ke level psikologis berikutnya. Pergerakan ini bisa didorong oleh dua faktor fundamental: perkembangan kasus hukum antara Ripple dan SEC, serta potensi disetujuinya ETF spot XRP oleh Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC).

Faktor Regulasi Jadi Penentu Utama

Pasar juga menantikan perkembangan terbaru dari gugatan SEC terhadap Ripple yang dijadwalkan mendapat pembaruan status pada 16 Juni. Jika Ripple mendapatkan hasil positif, maka hal ini bisa menjadi katalis utama lonjakan harga XRP.

Selain itu, meski SEC menunda keputusan terkait pengajuan ETF spot XRP, banyak analis seperti Nate Geraci tetap optimis bahwa persetujuan akan keluar sebelum akhir 2025. “Penundaan ini bukan penolakan, tetapi bagian dari proses pemeriksaan regulasi,” tulis Geraci di akun X pribadinya.

Dinamika Volume dan Sentimen Pasar

Sementara volume perdagangan XRP harian masih stagnan di bawah $5 miliar (sekitar Rp81,29 triliun), open interest justru tinggi di angka $3.94 miliar (Rp64,05 triliun). Namun, data dari Coinglass menunjukkan bahwa mayoritas posisi (52,75%) merupakan posisi short—tanda bahwa pelaku pasar masih pesimis terhadap prospek harga jangka pendek.

Meskipun ada potensi besar yang dapat membawa XRP ke harga fantastis di atas $50, faktor volume perdagangan yang lesu, resistensi teknikal kuat, dan sentimen pasar yang masih pesimis menjadi hambatan serius dalam jangka pendek.

Bagi investor ritel, situasi ini menciptakan dilema: apakah ini saat yang tepat untuk ‘buy the dip’, atau sebaiknya menunggu kejelasan arah sebelum mengambil keputusan investasi?

Artikel ini bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan mengandung risiko, dan pembaca diharapkan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan.