Harga aset kripto XRP milik Ripple mencatat penurunan tajam sebesar 4% dalam 24 jam terakhir, setelah gagal menembus level resistance $2,33 sebanyak tiga kali secara beruntun. Kegagalan ini memicu kekhawatiran di kalangan pelaku pasar bahwa momentum reli XRP mulai kehilangan tenaga, meskipun sebelumnya sempat diwarnai sentimen positif seputar regulasi dan rencana ETF.
XRP sempat menyentuh level tertinggi harian di $2,288 (sekitar Rp37.078), namun ditutup di kisaran $2,260 (sekitar Rp36.629) — mencatat penurunan harian 3,7%. Dalam periode puncak ke dasar (peak-to-trough), harga XRP bahkan turun hingga 5,8%, mencerminkan tekanan jual yang signifikan.
Secara teknikal, XRP menunjukkan pembentukan pola “head and shoulders” dengan neckline di $2,285 (sekitar Rp37.012), mengindikasikan potensi pembalikan tren ke bawah. Level resistance kuat di kisaran $2,33–$2,34 (Rp37.838–Rp38.000) telah diuji sebanyak tiga kali dalam beberapa hari terakhir, namun selalu gagal ditembus, menandakan dominasi tekanan jual yang kuat.
Dalam jam terakhir perdagangan, XRP membentuk pola double bottom di $2,25 (sekitar Rp36.470), yang sempat memicu pemulihan kecil. Namun, volume transaksi pada saat pemulihan justru menurun, memperkuat pandangan bahwa reli harga ke depan mungkin kehilangan kekuatan.
Faktor Fundamental ETF & Regulasi Jadi Pemicu Volatilitas
Sentimen pasar terhadap XRP beberapa waktu terakhir diwarnai oleh dua katalis utama: pertama, ekspektasi terhadap persetujuan spot ETF dari Franklin Templeton yang diperkirakan akan diumumkan akhir bulan ini; dan kedua, kabar positif terkait persetujuan stablecoin RLUSD oleh Ripple di Dubai.
Meski kabar-kabar tersebut sempat mendorong optimisme pelaku pasar, reaksi pasar terhadap penolakan harga di level $2,33 menunjukkan bahwa buyer mulai mengalami kelelahan. Ini diperparah oleh volume perdagangan yang menyusut pada setiap usaha rebound.
Saat ini, perhatian trader tertuju pada apakah XRP mampu bertahan di level support penting $2,25 (sekitar Rp36.470). Jika support ini gagal dipertahankan, potensi penurunan lanjutan menuju level $2,234 (sekitar Rp36.225) terbuka lebar.
Volume penjualan terbesar tercatat pada pukul 01:31–01:33 waktu UTC, dengan lebih dari 7 juta unit XRP berpindah tangan. Sementara itu, tanda-tanda pemulihan baru muncul pada pukul 01:53, ditandai dengan higher lows namun dengan volume yang jauh lebih rendah dibandingkan saat penjualan.
Ripple Masih Optimistis Jangka Panjang
Meski secara teknikal XRP tengah menghadapi tekanan jangka pendek, dari sisi fundamental, Ripple terus memperluas jangkauan globalnya. Perusahaan ini aktif menjalin kerja sama di kawasan Timur Tengah dan Asia-Pasifik, terutama dalam hal tokenisasi aset dunia nyata (real-world asset/tokenization).
Langkah-langkah tersebut dipandang sebagai upaya jangka panjang untuk memperkuat utilitas XRP di sektor pembayaran lintas negara dan institusi keuangan. Namun, dalam jangka pendek, pergerakan harga tetap akan sangat dipengaruhi oleh sentimen makro dan teknikal pasar.
XRP bukan satu-satunya aset yang mengalami tekanan. BTC (Bitcoin) tercatat turun 1,44% ke $107.676 (sekitar Rp1,745 miliar), sementara ETH (Ethereum) turun tipis 0,06% ke $2.757 (sekitar Rp44,703 juta). Altcoin lain seperti Dogecoin bahkan jatuh lebih dalam, kehilangan 7% setelah harapan terhadap ETF DOGE memudar.
Dengan ketidakpastian seputar persetujuan ETF dan tekanan teknikal yang menguat, XRP tengah berada di fase kritis. Jika support di $2,25 berhasil dipertahankan, peluang pemulihan tetap terbuka. Namun, jika gagal, maka skenario bearish dapat memperpanjang koreksi harga lebih dalam lagi.
Dalam jangka menengah, faktor-faktor seperti keputusan ETF, perkembangan regulasi, serta adopsi institusional akan menjadi pendorong utama arah harga XRP. Untuk saat ini, trader disarankan tetap waspada dan mengikuti pergerakan volume sebagai indikator kekuatan pasar.
Artikel ini bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan mengandung risiko, dan pembaca diharapkan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan.