Crypto

Setelah 200 Hari Konsolidasi, XRP Siap Breakout?

Harga XRP telah terjebak dalam fase konsolidasi selama hampir 200 hari, dengan pergerakan stabil dalam rentang sempit antara US$1,90 hingga US$2,90 (sekitar Rp31.085 – Rp47.447 dengan kurs Rp16.361 per USD). Situasi ini memicu pertanyaan besar di kalangan investor dan analis: apakah ini momen tenang sebelum ledakan harga, atau justru awal dari penurunan lebih dalam?

Sejak lonjakan hampir 500% pada November 2024, XRP/USD cenderung bergerak sideways. Tak ada dominasi jelas dari pihak pembeli (bull) maupun penjual (bear), yang membuat pasar stagnan. Namun, sejumlah analis mulai melihat pola teknikal yang mengisyaratkan potensi breakout ke atas dalam waktu dekat.

Crypto analis Mikybull Crypto menyebut pola segitiga simetris yang terbentuk selama konsolidasi ini menyerupai pola pada tahun 2017—periode yang berakhir dengan reli besar XRP. Jika pola tersebut terulang, maka XRP berpotensi menuju US$3,70 (sekitar Rp60.535), atau naik 75% dari harga saat ini.

Bullish atau Bearish?

Analis lain seperti GalaxyBTC melihat struktur konsolidasi jangka panjang yang telah berlangsung sejak 2018. Dalam grafik mingguan, XRP tampak menembus garis tren turun jangka panjang dan kini melakukan retest pada level tersebut, sebuah pola yang juga terjadi pada 2017 sebelum XRP melonjak 1.300%.

Galaxybtc Potensi Bullish Xrp

Jika skenario itu terjadi kembali, maka XRP bisa melonjak ke level US$8 hingga US$10 (Rp130.888 – Rp163.610). Bahkan beberapa analis menargetkan US$25 – US$27 (Rp409.025 – Rp441.747), khususnya jika proposal ETF XRP disetujui oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).

Namun, tidak semua analis bersikap optimis. Beberapa memperingatkan bahwa grafik harga XRP juga menunjukkan pola inverse cup and handle, yaitu sinyal pembalikan arah ke bawah. Dalam skenario ini, XRP yang sempat menyentuh puncak US$2,90 (Rp47.447) pada Maret lalu mulai melengkung turun, dengan risiko breakdown ke level US$1,33 (Rp21.777) jika support gagal dipertahankan.

Pola Cup And Handle Xrp

Faktor fundamental yang dapat mendorong breakout adalah perkembangan seputar ETF XRP. SEC tengah meninjau proposal ETF XRP dari Franklin Templeton dan membuka pintu komentar publik. Jika disetujui, ETF dapat membawa arus modal institusional besar ke XRP, seperti yang terjadi pada Bitcoin saat ETF-nya disetujui.

Selain ETF, sentimen makro global, keputusan suku bunga, dan dinamika regulasi di AS juga akan menjadi faktor penting yang memengaruhi pergerakan XRP ke depan.

Konsolidasi: Akumulasi atau Kejenuhan?

Beberapa analis menyebut konsolidasi panjang seperti ini sebagai fase akumulasi diam-diam oleh pelaku pasar besar. Fase ini sering kali terjadi sebelum pergerakan harga eksplosif. Namun, jika volume perdagangan terus mengecil tanpa pemicu baru, ini juga bisa jadi sinyal kejenuhan pasar yang mengarah ke koreksi tajam.

Setelah lebih dari 200 hari stagnan dalam kisaran sempit, XRP berada di titik krusial yang dapat menentukan arah jangka panjang berikutnya. Pola teknikal dan sentimen pasar tampak memberi sinyal ke arah atas, namun ancaman koreksi masih menghantui jika pola bearish terbentuk sempurna. Keputusan ETF oleh SEC bisa menjadi pemicu utama pergerakan besar berikutnya.

Investor disarankan tetap mengikuti perkembangan teknikal dan berita regulasi, serta menerapkan manajemen risiko yang matang dalam mengambil keputusan.

Artikel ini bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan mengandung risiko, dan pembaca diharapkan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan.