Harga kripto XRP menunjukkan tren kenaikan yang konsisten dalam beberapa hari terakhir. Saat artikel ini ditulis, harga XRP berada di kisaran $2,25 atau sekitar Rp36.580, dan banyak analis memperkirakan bahwa aset digital ini berpotensi menembus level $3 (sekitar Rp48.774) dalam waktu dekat, didukung oleh kombinasi faktor teknikal dan fundamental.
Menurut laporan dari TronWeekly, XRP baru-baru ini menembus pola penurunan dan mulai melakukan konsolidasi di atas titik-titik support penting.
Salah satu sinyal teknikal yang menarik perhatian adalah pola Double Bottom yang terbentuk di grafik harga, sebuah indikasi umum dari potensi pembalikan arah menuju tren bullish.
Analis yang dikenal dengan nama Egrag Crypto menyebutkan bahwa jika XRP berhasil menembus harga $2,30 (Rp37.393) dan bertahan di atas Exponential Moving Average (EMA) 21-hari, maka target berikutnya berada di level $2,65 (Rp43.082) hingga $3,00 (Rp48.774).
Resistance kunci lainnya tercatat di $2,95, $3,39, dan bahkan $3,87, atau masing-masing sekitar Rp47.482, Rp55.063, dan Rp62.940.
Namun, pergerakan ini tetap bergantung pada kemampuan XRP mempertahankan support utama di $2,07 (sekitar Rp33.658). Jika harga turun di bawah $2 (Rp32.516) selama tiga hari berturut-turut, maka tren bullish bisa dianggap gagal, dan potensi koreksi lebih lanjut bisa terjadi.
Sentimen Positif dari Sisi Regulasi
Di sisi fundamental, laporan dari The Motley Fool menggarisbawahi pentingnya faktor regulasi dalam menentukan arah pergerakan XRP.
Ripple Labs, perusahaan di balik pengembangan XRP, baru-baru ini memperoleh kemenangan penting dalam sengketa hukum dengan Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).
Pada 9 Maret 2025, SEC resmi mencabut banding atas putusan sebelumnya yang menyatakan bahwa penjualan XRP kepada investor ritel bukanlah penjualan sekuritas yang tidak terdaftar. Ripple pun sepakat membayar denda sebesar $50 juta (sekitar Rp812,9 miliar) setelah sebelumnya dijatuhi denda $125 juta.
Keputusan ini memberikan sinyal positif bagi pasar, karena membuka jalan bagi pengembangan produk keuangan berbasis XRP seperti Exchange-Traded Funds (ETF), yang berpotensi menarik investor institusi dalam jumlah besar.
Baca Juga: Legalitas dan ETF, Dua Faktor Penentu Arah Harga XRP ke Depan
Perbandingan dengan Aset Lainnya
Meski harga XRP masih jauh di bawah Bitcoin yang saat ini bernilai lebih dari $105.000 (setara Rp1,7 miliar) dan Ethereum di sekitar $2.649 (sekitar Rp43,1 juta), nilai pasar (market cap) XRP sudah mencapai $130 miliar (sekitar Rp2.113 triliun). Ini menjadikannya sebagai kripto terbesar keempat di dunia.
Faktor ini menunjukkan bahwa meskipun unit harga XRP relatif rendah, kapitalisasi pasar sudah sangat besar. Hal ini membuat pertumbuhan 1.000% seperti yang terjadi satu dekade lalu tidak realistis lagi.
Namun, pertumbuhan moderat menuju $3 atau kenaikan sekitar 34% dari harga saat ini dinilai masih sangat mungkin, terutama jika didukung sentimen pasar dan regulasi yang memadai.
Strategi Investor
Dengan volume perdagangan harian yang mencapai lebih dari $1,1 miliar (sekitar Rp17,8 triliun), XRP tetap menjadi salah satu aset kripto paling aktif diperdagangkan. Investor dan trader disarankan untuk memperhatikan pergerakan harga di sekitar area support dan resistance, serta mengikuti perkembangan regulasi yang bisa memicu lonjakan harga mendadak.
Menurut sinyal teknikal yang disorot oleh analis dan platform seperti Rose Premium Signals, area masuk (entry point) yang menarik berada di sekitar $1,85 (sekitar Rp30.079) jika harga kembali turun ke level tersebut sebelum melanjutkan tren naik.
Harga XRP menunjukkan potensi kuat untuk melanjutkan tren kenaikan dan mencapai $3 dalam beberapa minggu atau bulan ke depan. Faktor teknikal seperti pola Double Bottom, support yang stabil, serta kemenangan hukum terhadap SEC menjadi pendorong utama.
Namun, investor tetap disarankan untuk melakukan analisis risiko dan tidak mengabaikan potensi volatilitas yang tinggi di pasar kripto.
Artikel ini bukan merupakan saran atau rekomendasi investasi. Setiap langkah investasi dan perdagangan mengandung risiko, dan pembaca diharapkan untuk melakukan riset sendiri sebelum membuat keputusan.